Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendorong gabungan perusahaan modal ventura dalam konglomerasi pelat merah mempu melahirkan unicorn hingga decacorn baru yang mampu memberikan kontribusi terhadap perekonomian. Gabungan modal ventura BUMN ini berada dalam panji Merah Putih Fund.
Ketua PMO Merah Putih Fund Eddi Danusaputro mengatakan sebanyak 5 corporate venture capital (CVC) dari BUMN bersinergi menghimpun dana kelola awal untuk Merah Putih Fund yang berfokus pada para soonicorns (soon to be unicorns) sebesar US$300 juta atau setara Rp4,3 triliun.
Eddi menuturkan Merah Putih Fund memberikan alternatif pendanaan startup pada tahap akhir, terutama bagi startup yang siap melakukan ekspansi. Rentang valuasi yang dikejar yakni berkisar US$50-300 juta atau setara dengan Rp761 miliar (kurs: Rp15.237) hingga Rp4,57 triliun.
Eddi juga mengungkapkan ada sejumlah syarat lainnya untuk mendapatkan pendanaan dari Merah Putih Fund. Menurutnya, perusahaan yang akan menjadi portfolionya harus dimiliki oleh orang Indonesia. Hal ini seturut dengan tujuan awal MPF yang dari Indonesia untuk Indonesia.
Kemudian, Eddi juga berpendapat perusahaan rintisan yang disasar juga harus memiliki rencana exit strategi atau IPO di Indonesia. Kendati demikian, Eddi tidak menutup kemungkinan jika perusahaan tersebut ada rencana untuk IPO di negara lainnya.
Menurut Direktur Utama BNI Ventura ini, Merah Putih Fund tidak spesifik hanya menjurus ke satu sektor saja, melainkan juga terbuka untuk sektor fintech, logistik, dan lain sebagainya.
“Harapannya MPF dapat menjadi platform untuk mendukung akselerasi startup lokal yang berpotensi menjadi unicorn melalui kolaborasi bisnis dan modal, dan juga membangun sinergi potensi solusi digital di berbagai sektor,” kata Edi, Senin (4/9/2023).
Wakil Menteri BUMN II Rosan Roeslani mengatakan dukungan modal ventura dan perusahaan pelat merah dalam Merah Putih Fund merupakan langkah awal. Dia mengharapkan dana yang disiapkan ini mampu melahirkan ekosistem teknologi dalam negeri dan meningkatkan posisi Indonesia dalam inovasi global.
“Ini adalah langkah awal yang sangat baik untuk terus mendorong agar lebih banyaknya tercipta unicorn dan decacorn yang bisa memberikan kontribusi yang positif terhadap perekonomian indonesia dan penciptaan lapangan pekerjaan,” kata Rosan di sela acara.
Rosan menyebut nilai potensi ekonomi digital Indonesia pada 2022 tercatat sebesar US$77 miliar dan diperkirakan mampu mencapai US$130 miliar pada 2030. Oleh sebab itu, Rosan menyampaikan bahwa pemerintah ingin memastikan proyeksi pertumbuhan yang besar tersebut juga banyak dinikmati oleh pengusaha dan startup (perusahaan rintisan) dari Indonesia.
“Merah Putih Fund hadir untuk memberikan bantuan yang tidak hanya sifat pendanaan, tetapi juga memberikan bantuan dalam sifat yang mungkin tidak dimiliki oleh fund lain, yaitu kita melink ini dengan ekosistem BUMN yang sudah ada,” ungkapnya.
Di samping itu, Rosan mengatakan bahwa ekosistem ini juga dapat mengakselerasi perusahaan tersebut untuk bisa naik kelas menjadi perusahaan startup yang unicorn.
Menurutnya, investasi di perusahaan startup tidaklah mudah. Adapun saat ini, Indonesia sudah memiliki dua decacorn dan 12 unicorn. Namun, mayoritas investor lokal berinvestasi di early stages dan relatif kecil di unicorn dan decacorn.
“Saya yakin angka ini akan tumbuh secara pasti, melihat potensi kita yang masih banyak yang belum digali, sehingga kita akan menghasilkan unicorn dan decacorn,” katanya.
Selain itu, Rosan berharap dengan adanya unicorn dan decacorn akan memberikan kontribusi positif untuk menciptakan lapangan kerja baru ke depan.
“Nature dari investasi di startup ini agak beda dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Kalau kita punya pemahaman yang sama, maka akan lebih baik,” tambahnya. (Crysania Suhartanto)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel