Bisnis.com, JAKARTA — Tumpukan kredit macet yang menggunung pada generasi muda di rentang usia 19–34 tahun terus meningkat. Fenomena ini membuat divisi HRD (human resource development) perusahaan melakukan pengecekan skor kredit kepada pelamar kerja, termasuk fresh graduate.
Peneliti Center of Digital Economy and SME Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan bahwa kredit macet di usia muda meningkat pada awal sampai pertengahan 2022. Fenomena kredit macet ini pun terjadi pada usia 19 tahun ke bawah.
“Tidak heran sebenarnya kalau misalkan ada HRD atau perusahaan yang melihat NPL [kredit macet] dari pinjol untuk proses rekrutmen, karena cukup tinggi sekali [kredit macet] di usia-usia fresh graduate,” kata Huda dalam Diskusi Publik bertajuk ‘Bahaya Pinjaman Online Bagi Penduduk Usia Muda’ secara virtual, Senin (11/9/2023).
Huda menyebut fenomena kredit macet di usia muda merupakan faktor krusial yang perlu dibenahi. Pada Juni 2023, pinjaman rata-rata untuk pemuda di bawah 19 tahun mencapai Rp2,3 juta, sementara untuk usia 20–34 tahun adalah Rp2,5 juta. Padahal, pendapatan rata-rata pemuda hanya Rp2 juta per bulan.
“Akhirnya beberapa HRD menyarankan untuk melihat BI Checking dan pinjol Checking untuk menerima karyawan karena mereka sudah terjerat pinjol maka akan menurunkan produktivitas,” ujarnya.
Bukan hanya itu, Huda mengungkap ada pula fenomena kredit macet di kartu kredit dan menutup utang dengan meminjam di pinjaman online (pinjol). Pasalnya, data pinjol tidak masuk ke dalam Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) atau dulu dikenal BI Checking.
“Saya harapkan bukan hanya pinjol yang masuk SLIK, tetapi SLIK juga bisa digunakan perusahaan fintech P2P lending untuk menilai calon debitur layak diberikan,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Huda menyebut faktor lain yang memicu peningkatan prevalensi pinjaman online di kalangan dewasa muda Indonesia adalah perubahan perilaku dari generasi sebelumnya ke generasi muda saat ini.
Menurutnya, kemajuan teknologi yang terus berlanjut selama bertahun-tahun telah memainkan peranan penting dalam membentuk praktik keuangan dari berbagai generasi.
“Generasi yang lebih muda seperti Generasi X dan Z lebih terbuka untuk berutang demi memenuhi hasrat gaya hidup, seperti menghadiri konser dan pergi berlibur,” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel