Bank Mandiri (BMRI) Bidik Kredit Korporasi Tumbuh Hingga 10 Persen

Bisnis.com,12 Sep 2023, 10:42 WIB
Penulis: Arlina Laras
Gedung kantor pusat Bank Mandiri. /Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menargetkan kredit segmen korporasi tumbuh 9 hingga 10 persen di sisa akhir 2023. 

Direktur Corporate Banking Bank Mandiri Susana Indah K. Indriati mengatakan keyakinan itu didasari dari pertumbuhan kredit korporasi Bank Mandiri yang terjaga sekitar 8,9 persen per Juni 2023. 

“Strategi yang kita lakukan untuk mencapai kredit kita tetap berfokus pada sektor sektor yang kita punya expertise. Kami juga tetap prudent, dalam artian kita harus berhati-hati dan selalu memilih potensi bisnis yang ada,” ujar Senin (11/9/2023). 

Tercatat sejumlah sektor yang tumbuh dengan baik dan terus menjadi bidikan Bank Mandiri meliputi perkebunan, logistik, mining, healthcare dan properti. 

Adapun, saat ini komposisi nasabah wholesale termasuk korporasi BMRI masih terus mendominasi dibanding nasabah ritel dengan perbandingan porsi masing-masing 60 persen nasabah wholesale dan 40 persen nasabah ritel. 

PT Bank Mandiri (persero) Tbk. (BMRI) sendiri membukukan penyaluran kredit korporasi sebesar Rp432,9 triliun pada semester I/2023, naik 5,99 persen yoy. Namun, kredit korporasi bank melambat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya 10,6 persen yoy.

Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) mencatat kredit korporasi lesu, setidaknya pada pertengahan tahun ini. 

Berdasarkan Survei Penawaran dan Permintaan Pembiayaan Perbankan yang dirilis oleh BI, pada Juli 2023 kebutuhan pembiayaan korporasi terindikasi tetap tumbuh tecermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) pembiayaan korporasi sebesar 17,6 persen. 

Meski bertumbuh, namun SBT pembiayaan korporasi pada Juli 2023 itu melambat jika dibandingkan dengan SBT pembiayaan korporasi pada Juni 2023 sebesar 17,8 persen. Pelambatan terjadi terutama sebagai dampak penurunan kegiatan operasional karena lemahnya permintaan domestik dan ekspor serta penundaan sejumlah rencana investasi.

Di perbankan, kondisi lesunya kredit korporasi pun terjadi. BRI misalnya hanya mencatatkan pertumbuhan kredit korporasi 1 persen yoy menjadi Rp186,6 triliun pada Juni 2023. Sementara, pada periode yang sama 2022, kredit korporasi BRI mampu tumbuh 6,1 persen. 

BRI sendiri total telah menyalurkan kredit dan pembiayaan senilai Rp1.202,13 triliun. 

Direktur Utama Sunarso mengatakan penopang utama kredit berasal dari segmen mikro yang tumbuh 11,41 persen menjadi Rp577,94 triliun yoy. Porsi kredit terbesar di BRI memang UMKM. 

Tercatat, hingga Juni 2023 porsi kredit yang difokuskan kepada UMKM mencapai 84,48 persen atau senilai Rp1.015,54 triliun dari total kredit BRI. 

“Hal ini menjadi hal yang pertama kali, kredit BRI menembus angka di atas Rp1.000 triliun. Jadi, ini adalah angka UMKM pertama di BRI dan sudah pasti di Indonesia,” ujarnya dalam paparan kinerja pekan lalu. 

Di BCA, kredit korporasi tumbuh 5,1 persen yoy menjadi Rp326,0 triliun pada semester I/2023. Pertumbuhan kredit korporasi di BCA ini tergolong melempem dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau semester I/2022 yang bisa tumbuh hingga 19,1 persen yoy.  

"Kredit korporasi agak kurang baik dibandingkan sebelumnya. Hanya tumbuh 5,1 persen," kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dalam paparan kinerja BCA pada Juli lalu (24/7/2023). Padahal, segmen kredit korporasi ini menjadi segmen yang diandalkan BCA. 

Porsi kredit korporasi terhadap keseluruhan kredit BCA pada semester I/2023 mencapai 44,3 persen. Ia mengungkapkan kredit korporasi hingga paruh pertama tahun ini tumbuh kurang optimal disebabkan sejumlah alasan. 

"Kalau tahun lalu proyek infrastruktur seperti jalan tol, pelabuhan, juga power plant cukup besar, bukan hanya swasta tapi juga BUMN. Sementara dari awal tahun hingga Juni tahun ini sektor itu kurang berkembang," ujarnya. 

Faktor lainnya kredit investasi walau sudah mulai berkembang, tapi tidak semoncer tahun sebelumnya.  Selain itu, dia memperkirakan adanya faktor persiapan tahun politik atau pemilu yang membuat kredit korporasi melempem. 

"Mungkin mendekati pemilu banyak pengusaha wait and see. Meskipun pengalaman kita pemilu, tidak terjadi apa-apa, investasi juga ekonomi back to normal," tutur Jahja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini