Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menilai penyaluran kredit perbankan hingga pertengahan tahun 2023 belum cukup optimal.
Deputi Gubernur BI Juda Agung menyampaikan bahwa pertumbuhan penyaluran kredit perbankan pada Juli 2023 tercatat sebesar 8,54 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhaan pada bulan sebelumnya.
Namun demikian, angka pertumbuhan ini menurutnya masih jauh lebih rendah dari target atau rencana bisnis bank (RBB) yang secara rata-rata di atas 11 persen.
“Kami melihat angka pertumbuhan di Juli ini baik, dalam arti dibandingkan dengan Juni sebelumnya sekitar 7,7 persen, tapi ini belum, masih perlu didorong, agar sesuai dengan tadi, upaya untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi,” katanya dalam Seminar Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial, Rabu (13/9/2023).
BI memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan pada tahun ini akan mencapai kisaran 9 hingga 11 persen. Untuk mencapai target tersebut, BI melakukan penguatan stimulus untuk perbankan, dengan mempertajam kebijakan insentif makroprudensial yang akan berlaku pada 1 Oktober 2023.
Juda menjelaskan, penajaman insentif dilakukan pada dua aspek, yaitu pada sektor yang didukung dan besaran insentif.
“Kita perkuat, yang tadinya hanya 2,8 persen dari DPK perbankan sekarang menjadi 4 persen dari DPK, sehingga total insentif likuiditas yang diberikan, dengan asumsi semua perbankan memenuhi ini semuanya, Rp156 triliun yang diharapkan bisa mendorong pertumbuhan kredit dan pembiayaan,” kata Juda.
Dia mengatakan ada lima tujuan utama yang menjadi pertimbangan BI dalam memilih sektor yang didukung melalui penguatan insentif tersebut. Pertama, untuk meningkatkan nilai tambah dan memperbaiki struktur ekonomi. Oleh karenanya, didorong sektor terkait hilirisasi baik minerba dan nonminerba.
kedua, sektor yang memberikan daya ungkit pertumbuhan ekonomi, dalam hal ini sektor perumahan dan properti.
“Ini juga akan didorong, termasuk penyerapan dari sisi lapangan kerja. termasuk rumah rakyat di mana back log-nya masih sangat bsar,” katanya.
Ketiga, sektor yang dapat mendukung ketahanan pangan nasional. Keempat, sektor yang mendukung momentum pemulihan, terutama yang sangat terdampak pandemi Covid-19, seperti sektor pariwisata, perhotelan, dan restoran.
Kelima, akan didorong juga pembiayaan inklusif dan hijau.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel