Ekonomi Pulih, Kredit Berisiko Sejumlah Bank Bermodal Tebal Susut

Bisnis.com,14 Sep 2023, 14:52 WIB
Penulis: Arlina Laras
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah perbankan Tanah Air terpantau kompak mencatatkan penurunan kredit berisiko yang tercermin dalam rasio loan at risk (LAR) pada semester I/2023

PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) misalnya yang mencatat rasio loan at risk (LAR) BCA turun ke 8,7 persen per semester I/2023, dibandingkan 12,3 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya.

EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan penurunan LAR sebagian besar disebabkan oleh debitur yang kembali ke pembayaran normal seiring dengan pemulihan bisnis debitur dan perbaikan kondisi ekonomi

“Sementara itu, rasio kredit bermasalah [NPL] tercatat sebesar 1,9 persen pada semester I/2023, turun dari 2,2 persen di tahun sebelumnya,” ujarnya pada Bisnis, Rabu (13/9/2023).

Dirinya menambahkan, per Juni 2023 sektor yang mencatatkan NPL terbesar adalah sektor manufaktur. Namun, menurut Hera pihaknya senantiasa memastikan kecukupan pencadangan kredit di setiap sektor.

Tercatat, rasio NPL coverage BCA sebesar 257 persen serta LAR coverage sebesar 62 persen, salah satu yang paling tinggi di industri perbankan. Biaya pencadangan perseroan juga terus dievaluasi sejalan dengan perkembangan kualitas aset dan kondisi ekonomi.

“Ditopang oleh prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif dan likuiditas yang solid, BCA tetap optimistis dalam penyaluran kredit dengan mempertimbangkan prinsip kehati-hatian, sehingga kualitas pinjaman tetap terjaga. BCA juga secara berkala melakukan monitoring terhadap kualitas kredit di setiap segmen,” ucapnya. 

Di sisi lain, PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) juga mencatatkan tren penurunan LAR. Di mana, LAR yang sebelumnya 18,5 persen pada Juni 2022 menjadi 13,3 persen 2023.

Bahkan, jika dirinci September 2022 CIMB Niaga mencatatkan LAR 17,3 persen, lalu menjadi 15,1 persen pada Desember 2022. Lalu, angka ini kian turun menjadi 13,9 persen pada Maret 2023.

Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan hal ini seiring dengan perbaikan kualitas aset. Rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) gross BNGA susut dari 3,53 persen pada Juni 2022 menjadi 2,53 persen pada Juni 2023. Sementara NPL nett susut dari 0,98 persen per Juni 2022 menjadi 0,75 persen per Juni 2023.

“Di akhir tahun ini [LAR] paling minimum kita pertahankan atau sebetulnya bahkan bisa lebih baik. Jadi, untuk bisa mempertahankan capaian ini, aset kualitasnya harus balance naik, dan tentunya aset management-nya terkelola baik,” ujarnya saat ditemui Bisnis di Jakarta, (13/9/2023).

Sebelumnya, tak mau kalah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) juga mencatatkan rasio kredit berisiko perseroan per Juni 2023 berada pada level 16,1 persen.

Angka ini turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 19,6 persen. Semakin kecil nilai LAR menunjukkan terjaganya kualitas pembiayaan yang disalurkan bank.

Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini menyebut perbaikan rasio LAR terjadi konsisten pada ketiga aspek, yaitu kredit kolektibilitas 1 yang telah direstrukturisasi, kolektibilitas 2 atau dalam perhatian khusus, serta kredit bermasalah. 

Adapun, NPL BNI per Juni 2023 pada level 2,5 persen, atau membaik jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 3,2 persen. 

“Sementara itu, total kredit lancar yang direstrukturisasi juga membaik 270 bps menjadi 9,3 persen seiring dengan berjalannya skema restrukturisasi kredit dan pulihnya bisnis debitur,” ujarnya dalam paparan kinerja semester I/2023. 

Dia melanjutkan, BBNI saat ini akan tetap melakukan perbaikan kualitas aset yang diimbangi dengan penyediaan pencadangan pada level yang kuat untuk mengantisipasi risiko.  

Tercatat, rasio pembentukan beban CKPN terhadap total kredit atau credit cost pada semester pertama 2023 sebesar 1,4 persen, angka ini menurun 70 bps dibandingkan credit cost yang dibentuk periode yang sama tahun lalu sebesar 2,2 persen.  

Novita menyebut, meski credit cost yang dibentuk lebih rendah dibanding tahun lalu, akan tetapi BNI berpandangan hal ini sudah memadai untuk meng-cover kebutuhan penambahan CKPN bagi para debitur yang masih dalam perhatian khusus. 

“Kami optimistis ekspansi kredit yang lebih tinggi di semester kedua tahun ini, akan tetap berkorelasi positif pada kualitas kredit yang semakin baik. Kami menargetkan rasio kredit NPL untuk terus turun hingga akhir 2023,” ujarnya.

Sementara itu, Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan apabila penurunan LAR tidak diikuti peningkatan NPL, maka dapat dikatakan mulai adanya perbaikan kualitas kredit bank. “Ini juga bisa mengindikasikan adanya pemulihan ekonomi,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini