Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat piutang pembiayaan neto di industri pembiayaan atau leasing (multifinance) mencapai Rp447,03 triliun pada Juli 2023. Angka ini meningkat 16,22 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya hanya mengantongi Rp384,63 triliun.
Jika ditelusuri, piutang pembiayaan masih didominasi oleh pembiayaan multiguna yang mencapai Rp230,93 triliun atau tumbuh 13,27 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari semula Rp203,87 triliun.
Data Statistik Lembaga Pembiayaan edisi Juli 2023 menunjukkan pembiayaan multiguna mengambil porsi lebih dari 50 persen, atau tepatnya sebesar 51,66 persen terhadap total piutang pembiayaan neto pada Juli 2023.
Ada pula pembiayaan investasi yang juga meningkat 16,09 persen yoy menjadi Rp150,83 triliun atau dengan kue 33,74 persen dari total piutang pembiayaan. Pembiayaan modal kerja juga terlihat naik 28,37 persen yoy menjadi Rp42,83 triliun.
Selain itu, OJK juga mencatat pembiayaan berdasarkan prinsip syariah tumbuh 29,85 persen yoy. Posisi tersebut naik dari Rp16,96 triliun pada Juli 2022 menjadi Rp22,03 triliun pada periode yang sama tahun ini.
Sementara itu, pembiayaan lainnya berdasarkan persetujuan OJK menyusut hingga 18,69 persen yoy menjadi Rp411 miliar.
Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) menjelaskan porsi dominan yang terjadi pada pembiayaan multiguna seiring dengan kebangkitan pembiayaan otomotif yang meningkat.
Ketua Umum APPI Suwandi Wiratno mengatakan bahwa pada saat Covid-19 melanda, masyarakat memutuskan untuk mengerem daya beli, termasuk mengganti kendaraan mobil dan motor.
“Setelah Covid-19, tahun 2022-2023, mobil yang sudah tua yang selama Covid-19 tidak diganti mobilnya, mulai perlahan-lahan mereka mengganti mobil atau motornya,” kata Suwandi saat dihubungi Bisnis, Minggu (17/9/2023).
Begitu pula dengan pembiayaan modal kerja yang merangkak naik karena penambangan yang bagus di sejumlah daerah. Sama halnya dengan pembiayaan investasi yang juga naik karena adanya investasi di alat berat.
Alhasil, kenaikan yang terjadi di setiap pos pembiayaan ini membuat industri multifinance mampu tumbuh hingga mencapai 16,22 persen yoy pada Juli 2023.
“Harapan kita [piutang pembiayaan] tetap konsisten di angka 16 persen, tapi secara konservatif 14–16 persen pasti sudah tercapai,” ujarnya.
Suwandi menyebut target konservatif itu mengingat Indonesia yang sebentar lagi akan memasuki tahun pemilu pesta demokrasi 2024. Namun, dia berharap keadaan politik berlangsung aman agar perekonomian dapat terus melaju. Dengan demikian, industri pembiayaan akan ikut terkerek.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel