Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) alias BNC telah mendapat lampu hijau untuk menjalankan aksi korporasi penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau right issue. Adapun target pelaksanaannya direncanakan pada kuartal IV tahun ini.
Pejabat Sementara (Pjs) Direktur Utama Bank Neo Commerce Aditya Windarwo mengatakan right issue tersebut dilakukan untuk memperkuat struktur permodalan perseroan, pengembangan operasional, dan pengembangan teknologi informasi.
“Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya BNC untuk terus adaptif terhadap perkembangan usaha dan untuk mendukung ekspansi bisnis yang berkelanjutan dalam menjaga daya saing yang sehat dan kuat,” ujarnya pada Bisnis, Senin (18/9/2023).
Tak hanya itu, menurutnya sebagai bank dengan layanan digital, BBYB memiliki komitmen untuk terus memberikan layanan perbankan berbasis digital yang lebih luas dan lebih lengkap kepada berbagai lapisan masyarakat di Indonesia.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal II/2023, BNC telah mencatatkan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum atau Capital Adequacy Ratio/CAR, sebesar 31,76 persen pada Juni 2023. Naik dibandingkan CAR pada periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 21,80 persen.
Sedangkan, posisi CAR setelah aksi penambahan modal diproyeksikan naik sejalan dengan realisasi right issue nanti.
Sebagai informasi, CAR mengindikasikan apakah permodalan yang dimiliki bank cukup memadai untuk menanggung risiko kerugian yang mungkin dihadapi. Semakin tinggi CAR, maka kian besar kemampuan bank dalam menanggung risiko dari setiap kredit ataupun aktiva produktif yang berisiko.
Mengacu pada standar Bank for International Settlements (BIS), CAR minimal sebesar 8 persen. Sedangkan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mematok CAR paling rendah di level 11 persen hingga 14 persen untuk bank dengan profil risiko peringkat 4 atau 5.
Ke depannya, untuk terus memupuk loyalitas nasabah, BBYB pun berupaya memberikan inovasi dan solusi atas layanan keuangan yang seiring berkembangnya kebutuhan nasabah.
Lebih lanjut, terkait kredit, BBYB juga akan melayani kredit konsumtif sembari meningkatkan penyaluran kredit produktif. Selain itu, pihaknya berkomitmen menghadirkan layanan digital bagi segmen UMKM (terutama mikro) dan juga meningkatkan kapabilitas untuk memberikan pendanaan bagi segmen korporasi, utamanya adalah industri perdagangan selain nasabah perorangan yang sudah terlayani.
“BNC tetap menjaga pertumbuhan bisnis yang terukur serta mengutamakan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit, baik segmen produktif maupun konsumtif,” ucapnya.
Sebagai informasi, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada 8 Agustus 2023 telah memberi sinyal baik bagi BBYB untuk menjalankan aksi right issue.
Dalam RUPSLB tersebut, disetujui oleh pemegang saham bahwa BBYB akan melakukan penambahan modal dengan mengeluarkan sebanyak-banyaknya 5 miliar lembar saham baru melalui skema rights issue. Pelaksanaan rights issue ini akan mengikuti ketentuan ketentuan yang berlaku.
Adapun, mengacu analisis perseroan di keterbukaan informasi, aksi right issue itu akan menambah jumlah ekuitas bank dari Rp3,6 triliun menjadi Rp4,1 triliun atau tumbuh 13,87 persen. Kemudian aset bertumbuh 2,55 persen dari Rp19,6 triliun sebelum right issue menjadi Rp20,1 triliun setelah right issue.
Sementara itu, BBYB masih mencatatkan rugi bersih pada semester I/2023 sebesar Rp326,77 miliar. Namun, rugi bersih bank turun jauh 46,56 persen dibandingkan rugi bersih periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), yaitu Rp611,43 miliar.
Dari sisi intermediasi, Bank Neo Commerce telah menyalurkan kredit Rp10,11 triliun pada semester I/2023, tumbuh pesat 43,6 persen yoy. Dari sisi pendanaan, BBYB telah meraup dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp15,22 triliun pada semester I/2023, naik 37,86 persen yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel