Mencermati Prospek Saham BSI (BRIS) Setelah Rilis Kinerja Semester I/2023 Diaudit

Bisnis.com,19 Sep 2023, 09:56 WIB
Penulis: Arlina Laras
Nasabah bertransaksi di salah satu pusat anjungan tunai mandiri (ATM) Bank Syariah Indonesia di Jakarta, Senin (9/1/2022). /Bisnis-Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Harga saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) bergerak di hijau jelang penyampaian secara resmi laporan keuangan BSI semester I/2023 diaudit pada Selasa (19/8/2023) siang nanti.

Berdasarkan data RTI Business  pada pembukaan perdagangan hari ini, (19/9/2023) harga saham BRIS naik 1,56 persen di level Rp1.615. Adapun, hingga pukul 09.48 WIB, BRIS sempat menyentuh level tertinggi di level Rp1.645.

Dengan patokan harga ini secara tahunan BRIS saham tercatat naik 10,69 persen.

Meski demikian harga saham BRIS tertekan 2,1 persen jika ditarik dari awal September 2023.

Sementara sejak awal tahun atau secara year to date (ytd), harga saham BRIS masih tercatat naik 26,74 persen. Bahkan, jika menilik pergerakan 5 tahun terakhir, BRIS masih mencatatkan kenaikan 173,42 persen. 

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta pun mengatakan saham BRIS menarik untuk dikoleksi. Di mana, saham BRIS direkomendasikan untuk hold dengan TP Rp1.725.

Sementara itu, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menilai khusus BRIS memiliki prospek yang bagus, lantaran pasca pasar yang cukup tinggi dimana penyaluran kredit masih cukup kuat dan prospek bisnis yang bagus seiring dengan BRIS yang melakukan diversifikasi ke bisnis yang lain.  

“Karena pasca pasar untuk bank syariah sudah dicaplok oleh BRIS mereka akan tetap jadi andalan dan dapat penyularan kredit dan lain-lain. Bank syariah yang lain, selain BRIS masih terlalu kecil dan tidak bisa bersaing dengan [BRIS],” ujarnya pada Bisnis beberapa waktu lalu. 

Bahkan, menurutnya aksi korporasi yang dilakukan BRIS sendiri bisa menjadi penopang harga sahamnya, lantaran hal itu membuka luang untuk independent investing dan untuk membesarkan dana bersumber penjual pengalihan dana dari pemegang saham BRI dan BNI. 

Sebagai informasi, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BSI (BRIS) memang telah memberikan sinyal adanya aksi korporasi. 

Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan lamanya waktu penyampaian laporan keuangan BSI itu karena bank mesti melakukan audit terlebih dahulu. Sementara, audit dilakukan seiring dengan rencana aksi korporasi. 

"Kami melakukan audit laporan keuangan bulanan Juni karena ada arah acara divestasi. Tapi [divestasi] itu pemegang sahamnya kita, bukan kitanya," ujar Hery dalam acara Seminar Implementasi Governance, Risk & Compliance (GRC) Terintegrasi pada Perbankan Syariah di Era 4.0 beberapa waktu lalu. 

Hery juga mengungkapkan bahwa sejumlah pemegang saham BSI akan menjalankan divestasi sebagai upaya untuk memperbesar kepemilikan saham publik atau free float di BSI.Di sisi lain, harga emiten bank syariah lainnya seperti PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS) dibuka di level Rp1.930. Namun, harga saham BTPS turun 30,65 ytd. Kemudian, PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk. (PNBS) mencatatkan harga saham yang stagnan di level Rp59. Harga saham PNBS turun 6,35 persen ytd. Lalu, PT Bank Aladin Syariah Tbk. (BANK) mencatatkan harga saham di level Rp1.100. Harga saham BANK turun 22,26 persen ytd.

Kinerja Keuangan BRIS Kuat

Bank Syariah Indonesia atau BSI sendiri telah mengumumkan laba semester I/2023 sebesar Rp2,82 triliun. Capaian ini melonjak 32 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp2,13 triliun. Laporan keuangan ini juga telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan (firma anggota PricewaterhouseCoopers/PwC).

Dalam laporan keuangan semester I/2023 yang dipublikasikan di Bisnis Indonesia hari ini, Selasa (19/9/2023), BSI mengumumkan meraup pendapatan dari penyaluran dana sebesar Rp11,31 triliun. Melonjak 15,64 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp9,78 triliun.

Dalam periode ini BSI melaporkan menyalurkan bagi hasil untuk pemilik dana investasi sebesar Rp2,77 triliun, sedangkan beban operasional lainnya mencapai Rp4,8 triliun.

Kedua pos beban ini secara berurutan berkebalikan. Pada periode tahun lalu, bagi hasil untuk pemilik dana baru Rp1,9 triliun, sedangkan beban operasional berhasil ditekan karena pada periode sama tahun lalu membukukan Rp5,05 triliun.

Dalama rasio yang ditampilkan, BSI mencatat kewajiban penyediaan modal minimum perusahaan naik ke level 20,29 persen dari semula 17,31 persen. Selanjutnya Non Performing Financing (NPF) gross tercatat 2,31 persen. Membaik dari periode yang sama tahun sebelumnya 2,78 pesen.

Sementara NPF Net membaik dari 0,74 persen menjadi 0,62 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini