Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom Bank Danamon Irman Faiz melihat Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo masih akan menahan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 5,75 persen pada periode September 2023.
Faiz mengatakan bahwa upaya menahan suku bunga tersebut dengan pertimbangan terhadap tekanan terhadap rupiah yang masih terkendali seiring dengan inflasi yang cukup rendah di tingkat 3,27 persen (year-on-year/yoy).
“Kami melihat BI akan menahan [suku bunga acuan] dulu bulan ini. Pertimbangannya tekanan terhadap rupiah masih dapat terkendali dan inflasi rendah,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (20/9/2023).
Meski saat ini Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed juga diprediksi akan menahan suku bunga acuan di level 5,25 persen – 5,5 persen pada Federal Open Market Committee (FOMC) 19-20 September 2023, Faiz melihat ada potensi Fed Fund Rate akan naik.
Menurutnya, potensi Fed fund rate naik masih ada namun hanya level maksimalnya di 5,75 persen. Dengan kondisi ini ada kemungkinan headwind untuk rupiah, namun tampaknya BI akan memanfaatkan instrumen lain terlebih dahulu untuk stabilisasi rupiah.
“Ruang untuk BI menaikkan bunga ada namun utilisasinya menjadi opsi terakhir kalau melihat stance Pak Perry dalam rapat-rapat dewan gubernur beberapa bulan terakhir,” lanjutnya.
Mengingat, baru-baru ini BI baru saja mengeluarkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebagai instrumen OM (kontraksi) yang pro-market dalam rangka memperkuat upaya pendalaman pasar uang, mendukung upaya menarik aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio, serta untuk optimalisasi aset SBN yang dimiliki BI sebagai underlying.
Dengan alasan yang sama seperti Faiz, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan BI masih akan mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat 5,75 persen karena perkembagnan inflasi yang cukup stabil.
“Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan September ini, BI diperkirakan mempertahankan suku bunganya di level 5,75 persen,” katanya kepada Bisnis, Rabu (20/9/2023).
Dari sisi nilai tukar rupiah, meski melemah namun dampaknya pada perekonomian cenderung terbatas.
“Meskipun rupiah masih cenderung melemah, terutama pada kuartal III ini, namun kami perkirakan depresiasi ini cenderung bersifat temporer akibat dari sentimen risk-off di pasar Asia,” jelasnya.
Adapun, Bank Indonesia segera mengumumkan hasil dari Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini pada Kamis (21/9/2023) pukul 14.00 WIB.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel