Tak Kunjung Cair, Bos Indonesia Re Kembali Ajukan PMN Rp1 Triliun

Bisnis.com,20 Sep 2023, 16:18 WIB
Penulis: Rika Anggraeni
Logo Indonesia RE

Bisnis.com, JAKARTA — PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re mengajukan kembali permohonan penyertaan modal negara (PMN) tunai Rp1 triliun untuk Tahun Anggaran (TA) 2024 melalui cadangan investasi.

Direktur Utama Indonesia Re Benny Waworuntu mengatakan bahwa sebelumnya perusahaan reasuransi milik negara itu telah mengajukan PMN tunai sejak 2022 senbesar Rp3 triliun, namun turun menjadi Rp1 triliun.

Benny menuturkan bahwa sebetulnya PMN tunai Rp1 triliun tersebut sudah disetujui di Komisi VI. Kendati demikian, Benny menyebut PMN senilai Rp1 triliun itu tak kunjung muncul.

“Makanya kami diminta oleh pemegang saham untuk mengajukan kembali untuk tahun anggaran 2024 melalui cadangan investasi,” kata Benny dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Rabu (20/9/2023).

Benny mengatakan bahwa sejak 2014–2022, secara rerata Indonesia Re mengalami premi yang signifikan. Namun, mengingat industri ini bersifat capital intensif, maka premi yang masuk ke perusahaan itu dilakukan penguatan dari sisi permodalan.

“Kami cari premi tapi kita nggak kuat di dalamnya, ini yang menyebabkan kita sekarang mengalami penurunan dari sisi RBC [risk-based capital], karena ketika saat kita melakukan pembayaran klaim ternyata permodalan kita tidak cukup kuat,” terang Benny.

Benny menuturkan tingkat solvabilitas atau RBC merupakan salah satu parameter yang dipersyaratkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebesar 120 persen.

Pada kuartal I/2023, Indonesia Re mencatat rasio RBC perusahaan hampir menyentuh batas threshold. Perusahaan sempat berada di level 121,05 persen pada Maret 2023.

“Sekarang memang betul sudah naik angkanya di 132,30 persen [kuartal II/2023]. Namun angka ini [RBC] belum sustainable. Kenapa? Karena dengan hanya kita mulai spare sekitar 10 persen, kita tidka bisa meng-cover lebih banyak risiko,” ujarnya.

Terlebih lagi, lanjut Benny, industri asuransi akan menerapkan PSAK 74 atau IFRS 17 pada 2025. OJK juga merencanakan melakukan peningkatan modal minimum di industri asuransi pada 2026 mendatang.

“Sehingga angka ini [RBC 132,30 persen] sangat sensitif untuk kita bsia memastikan keberlanjutan Indonesia Re ke depannya, karena itu kami tetap membutuhkan dari sisi capital injection,” sambungnya.

Dalam meningkatkan permodalan, Benny menyebut Indonesia Re telah menyiapkan sejumlah strategi yang terdiri dari rencana organik dan anorganik.

Untuk rencana organik, Indonesia Re akan melakukan quota share. Dalam hal ini, perusahaan akanmemindahkan sementara liabilitas ke perusahaan reasuransi lain. Perusahaan juga berencana melakukan optimalisasi aset.

“Aset kami enggak banyak, tapi kami sudah rencanakan untuk bisa mengoptimalisasikan untuk bisa menambah pendapatan kami,” imbuhnya.

Sedangkan secara inorganik, selain melalui PMN tunai Rp1 triliun, Benny mengatakan bahwa Indonesia Re juga berencana untuk mengajukan sub loan ke pemerintah melalui Bank Exim.

“Karena sebetulnya PMN yang kami butuhkan adalah Rp3 triliun, idealnya Rp3 triliun, tapi karena kami hanya mendapatkan Rp1 triliun, terpaksa kami harus mencari sendiri salah satunya dengan melalui pengajuan sub loan,” ungkapnya.

Masih dalam strategi anorganik, Indonesia Re juga akan tetap melakukan rencana untuk bisa mendapatkan investor strategis dari luar untuk bisa mendatangkan modal dan pengetahuan baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini