Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) Novita Widya Anggraini menyebut ada sejumlah rencana demi menjaga kinerja keuangan dan pertumbuhan saham perseroan usai disetujuinya aksi korporasi stock split dengan rasio 1:2
Bahkan, BNI sendiri mengharapkan peningkatan tingkat pengembalian ekuitas (return on equity/ROE) ke depan menjadi 18 persen pada 2025.
“BNI memiliki rencana yang clear yaitu kita ingin mencapai ROE yang superior dan sustain dalam jangka panjang, sehingga tujuannya memberikan value yang optimal bagi shareholder, kami melihat kuncinya dgn menjaga kinerja kami terutama tahun ini agar tetap solid,” ujarnya dalam RUPSLB, Selasa (19/9/2023).
Terlebih menurutnya, saat ini ada sejumlah tantangan bagi perbankan, mulai dari perlambatan ekonomi global, kondisi pengetatan likuiditas yang disebabkan oleh peningkatan suku bunga hingga peraturan Giro Wajib Minumum (GWM)
“Kami sudah mengantisipasi kondisi tersebut dgn memiliki beberapa kinerja kebijakan strategis dan juga taktis dalam menghadapi tantangan ini. Pertama membangun basis pendanaan yang lebih kuat, tentunya yang bersumber dari dana murah alias current account saving account (CASA) berbasis transaksi,” ucapnya.
Lebih lanjut, dirinya mengatakan BNI akan berkomitmen untuk melanjutkan transformasi digital agar mampu membangun kapabilitas BNI sebagai preferred transactional bank bagi nasabah.
“Kami juga melanjutkan fokus ekspansi bisnis pada nasabah bluechip dan juga disiplin dalam mengawal transformasi dan penyempuraan bisnis tidak hanya di induk tapi juga transformasi beberapa anak perusahaan, seperti BNI Multifinance, BNI Sekuritas, BNI Life Insurance, Hibank dan BNI Venture,” jelasnya.
Dia pun menambahkan, manajemen memiliki komitmen untuk mencapai target Return on Equity (ROE) sebesar 18 persen pada 2025. Di mana, menurutnya ada korelasi yang kuat antara tingkat ROE bank dan valuasi saham yang diukur oleh parameter Price to Book Value (PBV).
“Maka harapannya kita juga melihat ke depan valuasi BNI akan meningkat dan memberikan return yang optimal bagi pemegang saham seiring dengan ROE yang meningkat,” tutupnya.
Sebagaimana diketahui, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BNI telah menyetujui pemecahan nilai saham atau stock split dengan rasio sebesar 1:2.
"Keputusan RUPSLB agenda pertama menyetujui pemecahan saham perseroan dengan rasio 1:2," ujar Komisaris Utama BNI Agus D.W. Martowardojo dalam konferensi pers RUPSLB BNI pada Selasa (19/9/2023).
Dengan keputusan tersebut, nilai nominal per saham Seri A Dwiwarna dan Seri B BBNI berubah dari sebesar Rp7.500 menjadi Rp3.750. Sebanyak 1 saham Seri A Dwiwarna tetap dipertahankan sebagai saham Seri A Dwiwarna milik Negara Republik Indonesia dengan nilai nominal sebesar Rp3.750.
Kemudian, 1 saham Seri A Dwiwarna menjadi 1 saham Seri B milik Negara Republik Indonesia, dengan nominal sebesar Rp3.750 per saham. Sementara nilai nominal per Saham Seri C dari Rp375 menjadi Rp187,5.
Dalam keputusan pemegang saham BNI, stock split ditetapkan dengan rasio 1:2. Artinya, setiap pemegang 1 lembar saham BNI akan mendapatkan dua lembar saham hasil pemecahan dengan nominal tercantum saat ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel