Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan realisasi instrumen moneter baru, yaitu Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) diserbu oleh investor.
Dia mengatakan SRBI diterbitkan untuk memastikan inflasi terkendali dan nilai tukar Rupiah tetap stabil. Dalam kaitan ini, kebijakan suku bunga diperkuat dengan penerbitan instrumen moneter SRBI yang pro-market dalam rangka memperkuat upaya pendalaman pasar uang, mendukung upaya menarik portfolio inflows, serta untuk optimalisasi aset SBN yang dimiliki Bank Indonesia sebagai underlying.
"Pasar menyambut baik penerbitan SRBI ini, seperti tecermin pada tingginya penawaran dibandingkan dengan target [oversubcribed] dalam dua kali lelang SRBI pada September 2023. Pada lelang perdana tanggal 15 September 2023, terdapat penawaran sebesar Rp29,9 triliun atau 4,2 kali dari target lelang Rp7 triliun," ujarnya saat konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG BI) pada Kamis (21/9/2023).
Selanjutnya, Perry mengatakan pada lelang kedua yang berlangsung pada 20 September 2023 dengan target Rp5 triliun terdapat penawaran yang masuk 3,12 kali lipat atau sebesar Rp15,6 triliun.
SRBI merupakan alat operasi moneter untuk mengelola likuiditas yang sekaligus mendukung pengembangan pasar uang dan stabilitas rupiah karena dapat ditransaksikan dan dimiliki oleh nonbank di pasar sekunder.
Berdasarkan data yang diterima Bisnis, ada tiga tenor SRBI yang ditawarkan oleh bank sentral pada lelang perdana Jumat (15/9/2023), yaitu 6 bulan, 9 bulan, dan 12 bulan.
"SRBI ini menggantikan kebijakan reverse repo dengan tenor 6 bulan, 9 bulan, dan 12 bulan. Dengan menggantikan itu, mekanisme mengenai penentuan target itu sesuai operasi moneter. Namun, SRBI itu kredit sehingga bisa memperdalam pasar keuangan. Nanti ada supply-demand SRBI di pasar uang, mulai terbentuk jual-beli secondary market yang tenor 3 bulan, 1 bulan, dan 2 minggu," jelasnya.
Dia mengatakan praktik tersebut akan muncul dalam beberapa waktu ke depan. Perry mengatakan SRBI dimenangkan lebih tinggi agar pro-market dengan bunga yang relatif wajar dengan mekanisme pasar.
"Kami pastikan selalu ada lelang [SRBI], nanti kelihatan sampai jumlah berapa akan dilihat kebutuhan pasar sebesar apa, termasuk transaksi sekunder akan selalu kami pantau," ujarnya.
Perry mengatakan SRBI memungkinkan investor dari dalam dan luar negeri, khususnya yang bukan perbankan, untuk membeli instrumen moneter tersebut.
Apalagi, lanjutnya, investor global sedang gonjang-ganjing menanti kepastian suku bunga The Fed atau Fed Funds Rate (FFR). Meski demikian, Perry optimistis jika situasi ketidapastian mereda, maka investor global akan bisa mengambil keputusan untuk masuk ke pasar keuangan Indonesia.
"Sekarang kan susah nih, kapan FFR terakhir naik? Eropa lagi susah, dollar AS lagi kuat banget. Cash is the King. Kami yakin FFR masuk puncaknya, akhirnya investor akhirnya akan masuk," pungkasnya.
Sekuritas Rupiah Bank Indonesia | |||
---|---|---|---|
Periode Lelang | Target | Penawaran | Oversubsribe |
15 September 2023 | Rp7 Triliun | Rp29,9 Triliun | 4,2 Kali |
20 September 2023 | Rp5 Triliun | Rp15,6 Triliun | 3,12 Kali |
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel