Bisnis.com, JAKARTA - Belakangan ini ramai di media sosial terkait kasus bunuh nasabah salah satu penyelenggara P2P lending PT Pembiayaan Digital Indonesia atau AdaKami. Berikut penyaluran pinjaman dan kinerja AdaKami.
Kasus ini bermula ketika akun X @rakyattvspinjol pada 17 September 2023 mencuit tentang bunuh dirinya korban berinisal 'K' karena diteror debt collector (DC) usai menunggak pinjaman AdaKami. Disebutkan, korban yang merupakan seorang suami dan ayah yang memiliki balita berusia 3 tahun itu pada awalnya meminjam uang pada aplikasi AdaKami senilai Rp9 juta.
Namun, dia harus mengembalikan senilai Rp18 juta hingga Rp19 juta atas pinjamannya itu. Teror pun kemudian mulai saat korban telat mengangsur cicilan. Hal ini membuat korban dipecat dari pekerjaan karena DC disebut menelpon ke kantor korban dan mulai mengganggu pekerjaannya.
Korban juga mendapatkan teror orderan fiktif delivery makanan setiap hari hingga pada akhirnya korban mengakhiri hidupnya pada Mei 2023. Namun, teror penagihan oleh DC disebutkan masih dihadapi keluarga usai korban meninggal dunia.
Cuitan tersebut kemudian viral di media sosial. Dalam konferensi pers pada Jumat (22/9/2023), Direktur Utama AdaKami Bernardino Moningka Vega menyatakan bahwa perusahaan masih melakukan penelusuran atas kasus tersebut. Diskusi juga dilakukan dengan regulator dan pihak-pihak terkait.
"Apabila memang terbukti terjadi tindakan pelanggaran penagihan dengan kekerasan seperti yang dilaporkan, maka AdaKami siap mengeluarkan surat peringatan sampai dengan pemutusan hubungan kerja. Bila perlu menjalankan upaya hukum,” kata Bernardino dalam konferensi pers kemarin (22/9/2023).
AdaKami sendiri merupakan perusahaan P2P lending yang menyediakan layanan pinjaman konsumer hingga maksimal Rp10 juta per nasabah melalui aplikasi tanpa agunan. Aplikasi tersebuh sudah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Sementara, berdasarkan laman resminya, AdaKami telah menyalurkan pembiayaan Rp9,86 triliun sepanjang 2023 berjalan ini. Bila diukur sejak awal berdiri alias pada 2019, AdaKami telah menyalurkan pinjaman dengan nilai kumulatif Rp27,78 triliun.
Pinjaman itu telah disalurkan kepada 3,72 juta peminjam perorangan. Total ada 2,12 juta transaksi pinjaman yang telah dilakukan AdaKami dan para debitur sejak perusahaan berdiri.
Sementara, dalam menyalurkan pinjaman, AdaKami mendapatkan pendanaan dari sejumlah sumber. AdaKami misalnya mendapatkan pendanaan dari mitra lender institusi perbankan. Di antara bank yang menjadi mitra lender adalah PT Bank Seabank Indonesia alias Seabank.
Bank digital besutan induk Shopee ini telah menjalin kerja sama dengan AdaKami untuk menyalurkan pinjaman dengan skema channeling pada April tahun ini. Dalam perjanjiannya Seabank menyatakan komitmen penyaluran dana Rp300 miliar.
Bank digital lainnya yakni PT Bank Jago Tbk (ARTO) juga menjadi lender strategis AdaKami. Bank Jago melakukan channeling kredit lewat Adakami sejak 2021. Kemudian, perjanjian ini diperpanjang pada 2022 dan berlaku hingga 2023 ini.
Dalam perjanjian pertama pada 2021, mengacu arsip Bisnis, Bank Jago memberikan akses dana senilai Rp100 miliar. Nilai yang sama kemudian disepakati dalam perjanjian baru yang dibuat April 2022.
Bank lainnya yang menjadi lender institusi adalah PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP). Kerja sama AdaKami dengan NISP dijalin secara resmi pada Februari 2023 ini.
Dengan kinerja pinjaman itu, AdaKami berhasil meraup aset Rp617,07 miliar pada 2022 yang terdiri dari aset lancar Rp579,2 miliar (93,86 persen) dan aset tidak lancar Rp37,8 miliar (6,14 persen). Adapun, ekuitas AdaKami tercatat senilai Rp344,39 miliar, dengan liabilitas senilai Rp272,7 miliar.
AdaKami pun telah memperoleh pendapatan Rp1,24 triliun dengan beban pokok dan operasional Rp854,9 miliar pada 2022. Setelah dikurangi pengeluaran lain-lain, laba bersih tahun berjalan AdaKami per 31 Desember 2022 mencapai Rp170,3 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel