Bisnis.com, JAKARTA - Hasil riset “HSBC Global Connection” yang dilakukan oleh HSBC Commercial Banking mengungkapkan beberapa perusahaan internasional optimistis soal prospek pertumbuhan usaha mereka di Indonesia.
Survei melaporkan 25 persen dari perusahaan responden berencana untuk ekspansi ke Indonesia dalam dua tahun ke depan, sementara dari jumlah perusahaan yang telah beroperasi di Indonesia, 68 persen di antaranya berencana untuk memprioritaskan pertumbuhan dalam kurun waktu tersebut.
Perusahaan Australia yang paling positif, dengan 31 persen di antaranya memprioritaskan pertumbuhan, diikuti dengan perusahaan Tiongkok sebesar 28 persen.
Dengan jumlah penduduk mencapai 273 juta jiwa (2021) dan jumlah segment affluent menengah sebanyak 64 juta jiwa, Indonesia memiliki potensi pasar domestik yang besar. Itulah sebabnya, menurut survei, 29 persen perusahaan internasional yang beroperasi di Indonesia melihat peningkatan pendapatan konsumen domestik sebagai hal yang menarik.
Sementara 27 persen responden lainnya tertarik dengan salah satu dari hal berikut: kestabilan politik, iklim pemerintahan dan peraturan yang mendukung, serta proyeksi ekonomi yang optimis.
Managing Director dan Head of Wholesale Banking HSBC Indonesia Riko Tasmaya mengatakan Indonesia merupakan yang terdepan di ASEAN. Akan tetapi, nyatanya ada sejumlah tantangan, seiring dengan laju peluang pertumbuhan yang besar.
“Kompleksitas pasar dalam hal geografis, karakteristik pasar dan konteks budaya dapat menjadi tantangan tersendiri. Oleh karena itu, penting untuk menemukan mitra yang tepat dan berpengalaman serta memiliki pengetahuan mendalam mengenai bisnis baik internasional maupun lokal untuk membantu mereka mengatasi tantangan ini,” ujarnya dalam keterangan resmi, Minggu (24/9/2023)
Berdasarkan laporan, responden menyatakan 32 persen tantangan berasal dari bagaimana menemukan talenta yang tepat, sama halnya dengan dampak peraturan dan regulasi terhadap pengurangan karbon.
Saat ini, konektivitas internasional dengan menawarkan rangkaian produk dan layanan lengkap kepada pemerintah serta nasabah perusahaan dan ritel menjadi keunggulan yang harus ditawarkan oleh perbankan.
“Menghubungkan nasabah dengan peluang internasional, dan menghubungkan bisnis internasional dengan peluang di Indonesia, dibuktikan dengan sekitar 5persen penanaman modal asing ke Indonesia turut difasilitasi oleh HSBC Indonesia,” tulis HSBC dalam surveinya.
Daya tarik Asean
Survei dilakukan kepada perusahaan-perusahaan internasional Tingkat pertumbuhan organik tahunan yang diharapkan dari perusahaan-perusahaan yang memiliki omzet tahunan minimal US$5 juta dan sedang beroperasi di wilayah Asean atau sedang mempertimbangkan untuk melakukannya.
Tingkat pertumbuhan organik tahunan yang diharapkan dari perusahaan-perusahaan yang disurvei meningkat dari 17,1 persen pada 2022 menjadi 23,2 persen pada survei tahun ini, dimana hal ini menunjukkan semakin besarnya kepercayaan terhadap Asean.
Selain itu, survei ini juga menemukan bahwa kehadiran perusahaan-perusahaan internasional di ASEAN lebih banyak berasal dari negara-negara yang dekat dengan Asia Tenggara dan mereka memiliki tingkat ambisi yang lebih besar dalam hal ekspansi regional dibandingkan perusahaan-perusahaan dari Eropa dan Amerika Serikat.
Merujuk pada data dari International Monetary Fund (IMF), perusahaan internasional terus memandang Asean terutama dari segi konektivitas rantai pasokannya dibandingkan sebagai pasar konsumen, meskipun Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita untuk Asia Tenggara telah tumbuh dari US$1.250 pada 2000 menjadi US$5.800 pada 2023.
Tenaga kerja terampil (27 persen), pertumbuhan ekonomi digital (26 persen) dan upah yang kompetitif (25 persen) merupakan tiga daya tarik utama, sementara pertumbuhan kelas menengah menempati urutan kesembilan (24 persen) dalam skala yang dianggap penting oleh responden.
Namun, responden mengidentifikasi tenaga kerja sebagai tantangan sekaligus daya tariknya: biaya pelatihan (36 persen) dan kurangnya tenaga terampil untuk mendorong implementasi (36 persen) diidentifikasi sebagai tantangan utama bagi dunia usaha yang ingin mendigitalisasi operasi mereka di Asean.
Saat ditanya mengenai teknologi apa yang paling unggul di Asean, sebagian besar responden (31 persen) mengidentifikasi e-commerce dan platform digital, dan hal ini terutama terjadi pada perusahaan-perusahaan di Indonesia (37 persen)
Metodologi survei
HSBC melakukan survei online terhadap 3.509 perusahaan yang berbasis di sembilan pasar: Tiongkok, India, Inggris, Prancis, Jerman, AS, Australia, Hong Kong, dan negara-negara GCC (Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Bahrain, Qatar, Oman, dan Kuwait).
Jumlah perusahaan yang beroperasi di Indonesia sebanyak 1.039. Responden survei adalah pengambil keputusan utama dari perusahaan-perusahaan dengan omzet tahunan minimal US$5 juta yang sudah menjalankan bisnis di Asia Tenggara atau mempertimbangkan untuk melakukannya. Survei berlangsung dari 25 Juli hingga 2 Agustus 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel