Mendag Bongkar Praktik Predatory Pricing di TikTok: Jual Separuh Harga Grosir

Bisnis.com,28 Sep 2023, 16:42 WIB
Penulis: Ni Luh Anggela
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan melakukan kunjungan ke Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada hari ini, Kamis (28/9/2023)./ BISNIS - Ni Luh Anggela

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengungkapkan praktik predatory pricing yang dilakukan oleh TikTok. Platform asal China itu berani menjual barang dengan harga separuh harga grosir

Adapun predatory pricing merupakan salah satu bentuk strategi bisnis dengan menetapkan harga produk yang terlalu rendah untuk menghilangkan persaingan.

Hal tersebut diungkapkan Zulhas saat bertemu salah satu pedagang aksesori di Pasar Tanah Abang yang mengeluhkan keberadaan TikTok.

“Ini grosir beli harganya Rp7.000. TikTok bisa jual Rp4.000, separuh [dari] itu. Itu yang disebut predatory pricing,” kata Zulhas Kamis (28/9/2023).

Lebih lanjut Zulhas menjelaskan, praktik tersebut biasanya dijalankan selama beberapa bulan, sebelum akhirnya platform tersebut kembali menjual barang dengan harga normal.  

“Enam bulan itu [tarik] pelanggan, habis-habisan. Habis itu, dia naikkan ke harga normal,” ungkapnya.

Menurut pedagang itu, harga barang di TikTok yang terlampau murah menjadi penyebab banyak pelanggannya beralih ke online. “Pelanggan lari Pak,” ujarnya.

Kemudian kepada wartawan, Zulhas menuturkan bahwa hadirnya Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No.31/2023 tentang Perizinan Berusaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha Dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik salah satunya bertujuan untuk mencegah adanya predatory pricing di Indonesia.

Menurutnya, arus perdagangan digital perlu diatur agar pelaku UMKM di Tanah Air tidak gulung tikar. Pasalnya, kata dia, suatu negara dapat maju karena UMKMnya berkembang.

Adapun salah satu sektor bisnis yang kerap kali menggunakan strategi predatory pricing adalah bisnis kecantikan. 

“Habis ini saya akan berkunjung lagi ke [industri] beuaty karena biasanya itu yang pusat besar itu. Mereka dagangannya itu pakai predatory pricing. Jadi kalau harganya Rp10.000, dia jual Rp5.000. Pelanggan udah pindah, baru dia ambil untung. Nah ini kita atur, tidak boleh dong,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Leo Dwi Jatmiko
Terkini