Rupiah Bertengger di Level Rp15.618, Asuransi BNI Life Ungkap Dampaknya

Bisnis.com,05 Okt 2023, 16:34 WIB
Penulis: Pernita Hestin Untari
Karyawati beraktivitas di kantor PT BNI Life Insurance di Jakarta, beberapa waktu lalu. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat beberapa hari terakhir meski melandai pada hari ini, Kamis (5/10/2023). Tercatat rupiah ditutup pada level Rp15.618. 

Dampak pelemahan rupiah ini berdampak ke beragam industri, termasuk asuransi. Pada sektor ini risiko yang dihadapi mulai dari volatilitas investasi untuk dolar, klaim tebus surrender yang harus dibayarkan asuransi, hingga kenaikan beban klaim untuk produk berbasis dolar. 

Meski demikian, Plt. Direktur Utama PT BNI Life Insurance (BNI Life) Eben Eser Nainggolan mengungkap bahwa dampak pelemahan rupiah terhadap dollar AS tidak cukup signifikan terhadap bisnis asuransi. Pasalnya portfolio dalam dollar AS pada industri asuransi semakin kecil. 

“Di BNI Life pun kami tidak memiliki eksposur atau produk dalam dollar AS yang signifikan. Aset dan liabilitas kami juga cukup match [kompetitif],” kata Eben kepada Bisnis, Rabu (4/10/2023). 

Eben menegaskan bahwa portfolio dollar AS sangat kecil sehingga dampaknya tidak serius. Menurutnya strateginya untuk mengatasi hal tersebut adalah investasi dalam bentuk dollar bisa memenuhi liabilities matching.

Adapun produk berbasis dollar AS BNI Life antara lain yakni produk unit link berbasis dollar dan asuransi tradisional berbasis dollar. 

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengutip data Bloomberg,  ditutup menguat 16 poin atau 0,10 persen menuju level Rp15.618 per dolar AS.

Adapun indeks dolar AS ikut turun 0,01 persen ke 106,78. Mata uang di kawasan Asia juga mayoritas ditutup menguat.

Won Korea naik 0,96 persen, yuan China menguat 0,19 persen, dan Yen Jepang naik 0,07 persen. Selanjutnya peso Filipina menguat 0,05 persen dan dolar Singapura naik 0,07 persen.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan bahwa gaji swasta di AS per September 2023 jauh lebih kecil dari perkiraan, sehingga menunjukkan pasar tenaga kerja di negara tersebut sedang mendingin. “Hal ini menimbulkan keraguan bahwa Federal Reserve akan cenderung menaikkan suku bunga lagi tahun ini, sehingga mendorong imbal hasil treasury AS turun dari level tertinggi dalam 16 tahun,” ujarnya dalam riset yang dipublikasikan pada Kamis (5/10/2023).

Dari sisi domestik, Ibrahim menuturkan pemerintah optimistis perekonomian nasional masih akan terus bertumbuh dan semakin inklusif di masa depan. Hal ini pun dinilai bisa meningkatkan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini