Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Panin Tbk. (PNBN) menargetkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) 10 persen hingga akhir 2023 di tengah tren melambatnya simpanan masyarakat di bank.
Presiden Direktur PaninBank Herwidayatmo mengatakan target pertumbuhan DPK bank hingga akhir tahun bisa dikejar melalui sejumlah strategi meskipun kondisinya menantang. Dalam mendongkrak DPK, Bank Panin misalnya berupaya meningkatkan porsi dana murah atau current account savings account (CASA) menjadi 51 persen.
Untuk mewujudkan porsi CASA itu, Bank Panin menggelar program undian berhadiah bertajuk Panin Super Bonanza tahun ini. PNBN menebar hadiah berupa mobil Mercedes-Benz A200 dan total uang tunai Rp38 miliar guna menarik minat nasabag menyimpan dananya di Bank Panin.
"Program ini yang diharapkan nasabah Bank Panin setiap tahun, ini terus berjalan. Tiap bank juga tentunya punya program spesifik masing-masing," ujar dalam peluncuran Panin Super Bonanza 2023-2024 pada Kamis (5/10/2023) di Jakarta.
Kemudian, Bank Panin mendongkrak transaksi digital guna meraup simpanan. "Tren semua ke arah sana [transaksi digital]," tuturnya.
Lalu, Bank Panin memanfaatkan momentum tahun politik. Menurutnya, tahun politik jadi momentum bagi bank dalam meraup dana pengusaha yang menahan dananya dalam berinvestasi. "Justru sebenarnya ini [tahun politik] potensi. Orang belum pakai uang untuk investasi karena menunggu kepastian politik," katanya.
Terakhir, Bank Panin berupaya meraup simpanan dengan menawarkan bunga yang kompetitif. "Kita buat bunga sekompetitif mungkin," tuturnya.
Adapun, pada paruh pertama 2023, PNBN telah meraup DPK Rp144,35 triliun, naik 5,61 persen secara tahunan (year on year/yoy). Herwidayatmo menuturkan simpanan nasabah itu banyak ditopang oleh tabungan dan deposito. Lantas, PNBN mencatatkan rasio CASA di level 48,34 persen pada akhir Juni 2023.
Seiring dengan upaya Bank Panin itu, nyatanya simpanan nasabah di bank mengalami pelambatan tahun ini. Tercatat, pertumbuhan DPK mencapai 8,5 persen yoy pada Januari 2023. Pertumbuhan DPK itu kemudian melambat pada bulan setelahnya atau Februari 2023 menjadi 8,18 persen yoy.
Pada Maret 2023, pertumbuhan DPK kembali melambat menjadi 7 persen yoy. Tren lesunya DPK berlanjut pada bulan-bulan berikutnya, menjadi 6,82 persen yoy pada April 2023, 6,53 persen yoy pada Mei 2023, dan melambat lagi menjadi 5,79 persen pada Juni 2023.
Senior Economist INDEF Aviliani mengatakan tren pelambatan DPK itu terjadi saat konsumsi kelompok masyarakat menengah ke atas kembali normal. Saat kondisi tersebut, masyarakat menginginkan return dari investasinya di simpanan dengan bunga yang tinggi.
Apabila suku bunga simpanan di bank-bank Indonesia kalah dibandingkan dengan bunga di negara lain, masyarakat akan menyimpan dananya di luar.
"Singapura misalnya bunganya tinggi, jadinya dia [masyarakat] investasi di tempat lain. Dananya akan keluar masuk tergantung return yang diberikan," ujarnya pada bulan lalu (15/8/2023).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel