Bisnis.com, JAKARTA -- Generasi milenial atau kelompok yang lahir dalam periode 1977-1994 telah menjadi segmen terbesar penggerak pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR) alias pejuang KPR di perbankan.
Sebagai gambaran, saat ini penduduk Indonesia didominasi usia muda yang mencapai 70 persen. Mulai dari milenial (gen Y), gen Z bahkan post Z.
Para milenial yang saat ini mendekati usia 40 tahun menjadi kelompok utama yang menyasar tipe rumah 21-70 KPR. Sedangkan sasaran harga yang banyak cari adalah Rp500 juta ke bawah.
Dukungan kelompok ini, maka per Agustus 2023 KPR tumbuh 10 persen secara tahunan (yoy), bila dibandingkan dengan akhir 2022, yakni 8,17 persen.
Secara paralel, survei Bank Indonesia (BI) menemukan generasi milenial dan Z juga semakin memiliki kemampuan untuk menggerakkan konsumsi. Dua kelompok ini menyumbang pertumbuhan bisnis kredit konsumsi 17,18 persen per Agustus 2023, jauh dari generasi di atasnya.
“Dengan struktur demografi seperti ini, jadi peluang sektor perumahan kita makin besar tapi mungkin kita juga harus lihat behavior dari kelompok muda sekarang,” Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti pekan lalu (26/9/2023).
Dia menyebutkan meski menjadi motor kredit konsumsi termasuk KPR, kelompok muda masih membutuhkan dukungan stimulus agar terjadi kesinambungan pertumbuhan. “Jadi kalau anak-anak milenial itu kan kalau dia beli rumah, income-nya juga belum terlalu banyak, jadi [bank] 3 tahun pertama [beri] bunganya rendah, nanti dinaikin lagi, dinaikin lagi sampai akhirnya bunga pasar,” ujarnya.
Untuk mendukung strategi insentif bagi pertumbuhan KPR pada kelompok ini, dia mengatakan Bank Indonesia telah menaikkan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) bagi perbankan yang menyalurkan kredit atau pembiayaan secara cepat ke sektor-sektor prioritas.
Insentif ini naik dari 280 basis poin (bps) atau 2,8 persen menjadi 400 bps (4 persen) Adapun, bagi bank yang mencatatkan pertumbuhan kredit di sektor perumahan mencapai tiga hingga tujuh persen akan mendapat insentif hingga 50 bps (0,5 persen). Sementara, di atas 7 persen akan mendapat insentif sebesar 60 bps (0,6 persen).
Menurutnya, alasan di balik pemberian ini, karena ketika suatu negara mengalami periode pemulihan ekonomi, maka sektor properti dengan dukungan pejuang KPR yang kerap pertama kali tumbuh.
“Walau kita [BI] masih melakukan kontraksi moneter [menyerap kelebihan likuiditas uang di pasar], karena kita melihat bank itu masih banyak likuiditas, mereka juga masih terus placement ke BI, tapi beberapa bank butuh likuiditas, dan ini kita kembalikan kepada bank-bank yang mau salurkan kredit, karena sektor perumahan ini punya backward-forward linkages yang luas sekali,” ujarnya.
Dalam panel yang sama, Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu mengungkapkan saat ini memang banyak milenial yang tertarik pada rumah dengan harga di bawah Rp500 juta. Saat ini tecatat 90 persen pembeli milenial lebih memilih opsi KPR.
“Kayaknya kita enggak ada lawan kalau di situ [rumah tipe 21 sampai 70]. Demandnya juga tinggi dan 90 persen millenial. So the most is millennial,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Direktur Consumer Banking PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Haryanto T. Budiman yang mengatakan pertumbuhan paling signifikan berada di kategori segmen rumah di bawah 500 juta.
Haryanto juga menuturkan pihaknya terus menggenjot penyaluran KPR untuk segmen milenial, salah satunya melalui KPR bunga berjenjang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel