Rusia Hengkang di Kilang Tuban, Pertamina Beri Penjelasan

Bisnis.com,10 Okt 2023, 13:27 WIB
Penulis: Lukman Nur Hakim
Karyawan Pertamina melakukan pengecekan fasilitas kilang minyak. Istimewa/ Pertamina

Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) lewat anak usaha PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) buka suara terkait kabar hengkangnya Rosneft Singapore Pte Ltd dalam proyek grass root refinery (GRR) Tuban.

Sekretaris Perusahaan KPI, Hermansyah Y. Nasroen mengatakan bahwa sampai dengan saat ini pelaksanaan proyek Kilang Tuban masih dilakukan bersama mitra Rusia, Rosneft.

"Melalui anak usaha, PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia [PRPP] sampai saat ini masih bersama Rosneft untuk pelaksanaan proyek pembangunan kilang Grass Root Refinery GRR Tuban," kata Hermansyah saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (10/10/2023).

Hermansyah menyebutkan, saat ini GRR Tuban masih dalam progres penyiapan dokumen final investment decision untuk proyek ini.

Tidak hanya itu, secara paralel juga pihaknya sedang dalam proses persiapan pemilihan pelaksana pekerjaan EPC GRR Tuban untuk mendukung fase konstruksi.

Diberitakan sebelumnya, Wakil Menteri (Wamen) I BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan bahwa saat ini pihak Pertamina masih berdiskusi dengan Rosneft terkait kelanjutan megaproyek kilang yang berada di Tuban, Jawa Timur ini.

“Kan kita lagi diskusi karena memang Rosneft atau Rusia dengan kondisi geopoltik sekarang ada tantangan, kami lagi diskusi kira-kira seperti apa ke depan,” kata pria yang akrab disapa Tiko itu saat ditemui setelah acara Sustainable Mobility Etanol Talk 2023, Senin (9/10/2023).

Tiko menyebut, dalam waktu 6 bulan ke depan, Pertamina dan Rosneft akan berdiskusi untuk menemukan solusi terkait kelanjutan pengerjaan proyek Kilang Tuban yang diperkirakan akan menelan investasi senilai US$13,5 miliar atau setara dengan Rp205,05 triliun.

Menurutnya, pembahasan yang tengah dilakukan tersebut, sejauh ini belum mencapai keputusan terkait pencarian mitra baru untuk menggantikan Rosneft.

“Belum sampe ke sana [ganti mitra], tapi tentunya kita melihat kondisi geopolitik dan kekuatan keuangan untuk kebutuhan investasinya,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini