Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank UOB Indonesia melaporkan pengembangan industri hilir dan transisi menuju perekonomian hijau di Indonesia menjadi kunci dalam mendorong pertumbuhan dan menciptakan peluang di tengah ketidakpastian global.
Presiden Direktur UOB Indonesia Hendra Gunawan mengatakan pihaknya optimistis bahwa Indonesia akan terus tumbuh seiring dengan melonjaknya investasi asing, terutama di industri logam dasar.
“Hal ini akan mendorong aktivitas perdagangan dan permintaan dalam negeri. Di UOB, kami berperan sebagai katalis dan penggerak, antara pemerintah, regulator, investor, dan masyarakat luas dalam rangka menciptakan pertumbuhan bagi Indonesia dan Asean,” ujarnya dalam UOB Gateway to ASEAN Conference 2023, Rabu (11/10/2023).
Menurutnya, strategi ini akan membantu meningkatkan nilai tambah perekonomian nasional, mendukung tujuan-tujuan terkait pelestarian lingkungan, serta menciptakan lapangan kerja untuk pertumbuhan jangka panjang.
UOB Indonesia memperkirakan bahwa produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan tumbuh menjadi 5,1 persen pada tahun 2023 dan 5,2 persen pada tahun 2024 di tengah meningkatnya tantangan global.
Pada kesempatan yang sama, Deputy Chairman and CEO UOB Wee Ee Cheong mengatakan UOB ikut berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi Asean dan pertumbuhan berkelanjutan.
“Kami memiliki jangkauan yang luas di pasar-pasar utama Asean dan perwakilan yang kuat di Tiongkok Raya. Kami siap melayani kebutuhan di kawasan ini,” katanya.
Sebagai contoh, dirinya menuturkan UOB telah mendukung sekitar 100 perusahaan untuk berekspansi ke negara ini dalam dua tahun terakhir. Di mana, perusahaan-perusahaan tersebut telah berkomitmen untuk berinvestasi sekitar 12 miliar dolar Singapura di Indonesia dan berencana menciptakan 15.000 lapangan kerja di Indonesia.
Sementara itu, Ekonom Senior UOB Enrico Tanuwidjaja mengatakan Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dengan bonus demografi yang paling menjanjikan, Indonesia tetap menjadi pintu gerbang strategis untuk membuka potensi perekonomian di kawasan.
“Hal ini disebabkan oleh keunggulan iklim investasi di Tanah Air. Indonesia merupakan basis manufaktur alternatif yang kompetitif dan sekaligus memiliki konsumsi dalam negeri yang kuat,” ucapnya.
Bagi Enrico, ada lima bidang utama yang perlu direformasi, yaitu transisi energi, industri hilir, optimalisasi infrastruktur, pemanfaatan teknologi, dan pengembangan ibu kota baru.
“Reformasi ini akan memungkinkan Indonesia mencapai tingkat output perekonomian yang lebih tinggi dengan cara yang lebih berkelanjutan dan jangka panjang,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel