Bisnis.com, JAKARTA - Bank yang dimiliki sebagian besar sahamnya oleh HSBC Group dari Hongkong, PT Bank HSBC Indonesia menilai bursa karbon Indonesia mampu membuka peluang ekonomi berkelanjutan baru dengan nilai mencapai US$20 miliar atau sekitar Rp313 triliun lebih.
Presiden Direktur HSBC Indonesia Francois de Maricourt mengatakan saat dunia bergerak menuju ekonomi hijau dan berkomitmen pada keberlanjutan. Sementara itu Indonesia, katanya, telah memulai perjalanan menuju netralitas karbon dengan komitmen mencapai emisi karbon netral pada 2060.
Berbagai upaya pun dilakukan oleh Indonesia, salah satunya meluncurkan bursa karbon. Francois menilai peluncuran bursa karbon oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) diharapkan membuka peluang ekonomi berkelanjutan baru dengan potensi US$20 miliar.
Selain dengan bursa karbon, Indonesia juga mengambil langkah elektrifikasi sektor mobilitasnya. Francois menilai pentingnya mendukung sektor kendaraan listrik (electric vehicle/EV), sebab industri ini sejalan dengan sumber daya melimpah di Indonesia.
“Ini memberikan jalan yang menarik untuk kendaraan listrik, sebuah industri yang selaras dengan sumber daya Indonesia yang melimpah," ujar Francois dalam HSBC Summit 2023 pada Rabu (11/10/2023).
Menurutnya, dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan investasi energi terbarukan dengan nilai US$8 miliar per tahun. Francois menilai dukungan pemerintah untuk sektor EV, ditambah dengan status Indonesia sebagai produsen utama bahan baterai EV, memberikan peluang yang signifikan untuk investasi.
Seiring dengan komitmen pemerintah yang gencar mendorong target emisi karbon netral, dia mengatakan HSBC Indonesia berpartisipasi untuk mendatangkan banyak investor yang berminat untuk ikut serta dalam perdagangan karbon di Indonesia.
"Institusi keuangan, termasuk bank seperti HSBC, memiliki peran krusial dalam menghubungkan investor dengan peluang berkelanjutan dan mendukung perusahaan lokal dalam mengadopsi standar keberlanjutan internasional,” kata Francois.
Sebagaimana diketahui, bursa karbon telah resmi diluncurkan oleh Presiden Jokowi pada akhir September lalu (26/9/2023). Saat peluncuran, bursa karbon telah menghimpun transaksi Rp29,2 miliar.
Bursa Efek Indonesia (BEI) juga mencatatkan volume perdagangan karbon perdana mencapai 459.953 ton unit karbon. Transaksi yang tercatat hingga penutupan adalah 27 kali transaksi.
Sementara itu, harga karbon pada pembukaan dan penutupan tidak mengalami perubahan, yakni pada Rp77.000 per unit karbon.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel