Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. sedang menjalankan upaya business refocusing dengan fokus pada segmen ritel konsumer tahun ini. Bank syariah tertua di Indonesia ini pun menyiapkan sejumlah langkah dalam membidik segmen ritel konsumer itu.
Direktur Utama Bank Muamalat Indra Falatehan mengatakan di antara strategi Bank Muamalat dalam mengincar pasar konsumer adalah dengan meningkatkan berbagai aspek layanan, mulai dari proses pengajuan pembiayaan, service level agreement (SLA) yang cepat hingga penawaran margin yang menarik. Bank Muamalat juga berupaya menyediakan pilihan produk-produk perbankan yang berkualitas, variatif dan kompetitif.
Kemudian, bank mengandalkan kapasitas jaringan dan distribusi. Hal ini selaras dengan strategi ritelisasi melalui konversi 27 kantor kas di beberapa wilayah menjadi kantor cabang pembantu (KCP). Dengan begitu, Bank Muamalat akan memiliki 235 jaringan kantor cabang di berbagai wilayah Indonesia yang fokus pada penyaluran pembiayaan.
Lalu, Bank Muamalat berupaya menggenjot penyaluran pembiayaan kepemilikan rumah atau KPR, multiguna, hingga pembiayaan kepada aparatur sipil negara (ASN). Indra juga menjelaskan bahwa bank melihat peluang untuk memberikan fasilitas dan layanan perbankan syariah kepada para pensiunan ASN.
“Oleh karena itu, saat ini kami tengah menjajaki kerja sama dengan PT Taspen [Persero] untuk masuk ke segmen tersebut,” ujar Indra dalam keterangan tertulis pada Kamis (12/10/2023).
Bank Muamalat juga merealisasikan business refocussing yang mengincar pasar konsumer melalui trainee program khusus bisnis konsumer bertajuk Muamalat Associate Program (MAP). Bank pun melakukan shifting dan reskilling karyawan kantor pusat menjadi relationship manager untuk melayani nasabah konsumer.
Adapun, bank menjalankan akuisisi pendanaan atau funding di bisnis konsumer melalui platform digital seperti Muamalat Digital Islamic Network (MDIN) dan Cash Management System (MADINA).
Indra mengatakan upaya refocussing ke bisnis konsumer dilakukan Bank Muamalat karena bank mempunyai kompetensi di pasar tersebut. Meskipun, saat ini portofolio pembiayaan di Bank Muamalat didominasi oleh segmen korporasi dan usaha kecil menengah (UKM).
“Saat ini porsi bisnis di korporasi masih mayoritas, tetapi mulai tahun ini pelan-pelan kami switch ke ritel, terutama konsumer dimana segmen korporasi yang akan menjadi entry gate," kata Indra.
Indra menjelaskan melalui refocussing ke pasar konsumer, pembiayaan Bank Muamalat ditargetkan dapat tumbuh di atas 40 persen dan dana pihak ketiga (DPK) naik di atas 20 persen pada akhir 2023. Adapun, total aset Bank Muamalat diharapkan dapat tumbuh di atas 15 persen.
Sementara, sepanjang semester I/2023 Bank Muamalat telah menyalurkan pembiayaan Rp20,4 triliun, tumbuh 7,8 persen secara tahunan (year on year/yoy). Aset bank pun naik 6,7 persen yoy menjadi Rp63,9 triliun. Pencapaian aset ini menjadi yang terbesar sepanjang sejarah bank.
Dari sisi pendanaan, Bank Muamalat telah meraup dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp47,6 triliun, tumbuh sebesar 5,2 persen yoy.
Bank Muamalat juga telah membukukan laba bersih senilai Rp26,9 miliar, naik 27,06 persen yoy dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp21,17 miliar.
Upaya refocussing bisnis ini juga dijalankan Bank Muamalat di tengah rencana aksi listing saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sebagaimana diketahui, Bank Muamalat telah menyandang status sebagai perusahaan terbuka sejak 1993, tetapi hingga kini sahamnya belum tercatat di bursa.
Oleh karena itu, bank syariah pertama di Indonesia ini berencana listing di bursa akhir tahun ini. Saat ini, Bank Muamalat juga sedang melaksanakan pengkinian data para pemegang saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel