Ambisi Pengembangan Pisang Sulsel Harus Hati-hati, Bisa Berdampak Negatif Bagi Petani

Bisnis.com,12 Okt 2023, 08:28 WIB
Penulis: Nugroho Nafika Kassa
Penjual memikul buah pisang di Pasar Terong, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (25/1/2023)./JIBI

pBisnis.com, MAKASSAR - Pengembangan budi daya pisang yang begitu ambisius oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) harus dicermari dengan hati-hati. Jika dilakukan dengan serampangan dan tidak menggunakan konsep yang matang, maka dikhawatirkan bisa berdampak buruk bagi para petani pisang yang telah ada sebelumnya.

Ekonom Universitas Hasanuddin (Unhas) Anas Iswanto Anwar mengungkapkan, jika pemerintah langsung menyasar penanaman yang amat banyak, maka dikhawatirkan akan terjadi over supply produksi pisang di Sulsel. Hal ini akan sangat berbahaya jika tidak dibarengi dengan konsep penjualan yang matang.

Dampaknya, produksi pisang akan semakin meningkat dan harganya bisa semakin turun. Tentu yang berpengaruh besar akan hal tersebut adalah para petani yang telah menanam sebelumnya.

“Ketika semua mengikuti anjuran itu, bisa terjadi over supply. Ketika harganya turun, tidak laku, kasian petani yang menghabiskan banyak biaya untuk produksi selama ini,” katanya, Rabu (11/10/2023).

Sementara pisang-pisang yang dijual ke luar Sulsel nantinya ditaksir akan memiliki biaya yang lebih besar dari perkiraan sebelumnya karena memiliki jarak tempuh yang membutuhkan biaya tambahan seperti pengiriman. Selain itu pisang yang merupakan buah dengan jangka waktu cepat akan lebih mudah membusuk, makanya pemerintah pasti akan menambah lagi biaya pengadaan pendingin.

Namun jika dijual di dalam wilayah Sulsel, maka harganya pasti akan lebih murah karena hampir semua daerah di Indonesia, saat ini, mempunyai produksi pisang.

“Tidak ada salahnya memproduksi banyak, tapi pisang ada jangka waktunya, ketika ingin dijual di luar, kita akan kalah harganya karena ada biaya transportasi dan biaya operasional agar membuat pisang ini tahan lama,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Miftahul Ulum
Terkini