Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka perkasa ke level Rp15.699 pada perdagangan hari ini, Kamis (12/10/2023). Sementara itu, pergerakan mata uang Asia lainnya terpantau bervariasi, namun dolar AS masih loyo pagi ini.
Mengacu data Bloomberg yang dikutip Kamis, (12/10/2023) pukul 09.05 WIB, rupiah dibuka menguat 0,25 persen atau 39 poin ke level Rp15.699 per dolar AS, setelah ditutup naik pada perdagangan kemarin. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau terkoreksi 0,16 persen ke posisi 105,64 pada pagi ini.
Beberapa mata uang Asia lainnya masih menguat terhadap dolar AS, misalnya yen Jepang menguat 0,04 persen, dolar Hongkong menguat 0,01 persen, dolar Singapura naik 0,09 persen, rupee India menguat 0,08 persen, dan baht Thailand melesat 0,43 persen.
Sementara itu, mata uang Asia yang melemah terhadap dolar AS yakni dolar Taiwan melemah 0,16 persen, won Korea melemah 0,11 persen, peso Filipina turun 0,01 persen, dan ringgit Malaysia terkoreksi 0,08 persen.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan nilai tukar rupiah hari ini diperkirakan bergerak fluktuatif, tetapi berpotensi ditutup melemah di rentang Rp15.670-Rp15.750 per dolar AS.
“Dolar AS sebagian besar tetap terbebani oleh komentar Federal Reserve yang dovish,” kata Ibrahim dalam risetnya, dikutip Kamis (12/10/2023).
Sejumlah pejabat The Fed telah memberi isyarat dalam beberapa hari terakhir bahwa bank sentral AS mungkin tidak perlu memperketat kebijakan moneter lebih jauh dari perkiraan semula.
Presiden Bank Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan pada hari Selasa bahwa bank sentral tidak perlu menaikkan biaya pinjaman lebih jauh, dan Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari juga menyampaikan pernyataan serupa di kemudian hari.
Adapun, imbal hasil Treasury AS juga mengalami penurunan menyusul komentar Fed yang dovish, dengan imbal hasil dua tahun, yang biasanya mencerminkan ekspektasi suku bunga jangka pendek, mencapai level terendah satu bulan di 4,9260 persen pada Selasa.
Dari sentimen dalam negeri, pasar merespons positif terhadap pernyataan Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di level 5 persen untuk tahun ini dan tahun 2024 mendatang. Proyeksi ini tidak berubah dibandingkan perkiraan sebelumnya.
Sementara itu, IMF memperkirakan inflasi Indonesia akan mencapai 3,6 persen year-on-year (yoy) pada akhir tahun ini dan terus melandai hingga 2,5 persen yoy pada akhir tahun 2024. Proyeksi tersebut berdasarkan asumsi kebijakan fiskal dan moneter RI.
IMF mengatakan proyeksi ekonomi RI didasarkan pada kebijakan pemerintah yang mempertahankan kebijakan fiskal yang netral, disertai dengan kebijakan pajak dan reformasi administrasi yang moderat, realisasi belanja negara, dan peningkatan belanja modal secara bertahap dalam jangka menengah yang sejalan dengan ruang fiskal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel