Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan penyaluran pembiayaan kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) akan terus meningkat. Meskipun porsi penyaluran pembiayaan untuk kendaraan listrik saat ini masih kecil yakni kisaran 0,01% dari total pembiayaan.
“Dengan perkembangan kendaraan listrik yang cukup pesat, diproyeksikan tren pembiayaan EV akan terus meningkat,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman dalam jawaban tertulis dikutip Minggu (15/10/2023).
Agusman mengatakan dari perspektif pelaku industri pembiayaan, ada beberapa hal yang menjadi kendala dan tantangan atas pembiayaan kendaraan.
Utamanya ketersediaan stasiun pengisian daya yang masih relatif terbatas, harga jual yang relatif lebih mahal, garansi setelah terjual termasuk baterai, ketersediaan baterai di pasaran, dan harga jual kendaraan listrik bekas yang masih belum ada kepastian.
Di samping itu, Agusman melanjutkan hal yang perlu menjadi perhatian adalah ketersediaan produk asuransi kendaraan listrik, yang perlu melakukan penyesuaian dari sisi risiko.
“Saat ini hal tersebut sudah menjadi concern dari AAUI dan pelaku asuransi umum,” kata Agusman.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi sebelumnya mengungkap ada beberapa alasan porsi pembiayaan kendaraan listrik masih kecil. Pertama adalah infrastruktur stasiun pengisian daya kendaraan listrik di Indonesia yang masih belum masif.
“Saat ini Pemerintah tengah membangun charging station. Sekarang kalau enggak ada chargingnya mau di-charge di mana, di rumah? listriknya tidak kuat,“ kata Suwandi saat dihubungi Bisnis, Sabtu (16/9/2023).
Suwandi mengatakan harga kendaraan listrik pun masih terbilang mahal. Meskipun marak diskon ataupun subsidi, harganya masih cenderung lebih tinggi dibandingkan mobil konvensional.
Di sisi lain, industri asuransi menurutnya juga belum siap terhadap proteksi kendaraan listrik. Dia mengatakan kendaraan listrik berbeda dengan konvensional, yang menggunakan baterai sebagai penggerak utama.
“Kalau baterai kan apabila pemakaian habis ya sudah selesai, harus diganti baterai baru sedangkan harganya mungkin 40 persen dari harga mobilnya. Orang juga mungkin berpikir kalau lima tahun habis baterainya masa habis itu beli lagi. Kalau mesin [konvensional] lima tahun masih ada harga,” tuturnya.
Meskipun terus bertumbuh, porsi pembiayaan kendaraan memang masih kecil. CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) misalnya mencatatkan pembiayaan kendaraan listrik Rp22,8 miliar pada kuartal I/2023. Sementara itu total pembiayaan baru yang terealisasi pada kuartal I/2023 mencapai Rp1,8 triliun.
Di sisi lain, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) telah menyalurkan pembiayaan listrik sebanyak Rp67,6 miliar pada semester I/2023. Sementara total pembiayaan baru perusahaan mencapai Rp20,4 triliun sepanjang semester I/2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel