Miris! 61,7% Anak Muda Tidak Punya Dana Darurat, Tak Peduli Investasi

Bisnis.com,18 Okt 2023, 12:01 WIB
Penulis: Arlina Laras
Ilustrasi anak muda yang kebingungan lantaran memiliki tunggakan atau utang di pinjaman online atau pinjol. Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA -- Sebanyak 61,7% anak muda dilaporkan tidak memiliki dana darurat. Artinya, hanya 38,3% generasi muda yang punya dana darurat.

CEO PT Jooara Rencana Keuangan sekaligus AWP Asesor Kompetensi LSP Pasar Modal Gembong Suwito mengatakan kemudahan sistem pembayaran seperti "buy now pay later", serta iklan-iklan diskon di media sosial ini, apabila tidak dibarengi kemampuan anak muda dalam mengatur cash flow membuat anak muda tidak terlalu mempedulikan investasi untuk kebutuhan mendatang

“Data soal anak muda tidak punya dana darurat ini dihimpun sejak 2011 hingga 2021. Eksposur media sosial dan kemudahan dalam berbelanja ini berdampak signifikan pada perilaku boros anak muda,” ujarnya dalam agenda BluAcademy di Jakarta, Selasa (17/10/2023).

Hal ini pun diperkuat berdasarkan survei terbuka yang dilakukan oleh blu by BCA Digital pada Agustus 2023 menemukan bahwa sebagian besar dari responden berusia 18 hingga 34 tahun. 

Di mana, sebanyak 61%, anak muda mengaku telah mengerti atau akrab dengan konsep-konsep dasar dalam manajemen keuangan. Sayangnya, mayoritas dari mereka menghadapi kesulitan dalam menerapkan praktik pengelolaan keuangan yang efektif.

Selain itu, survei tersebut juga menunjukkan bahwa 34% dari responden masih belum memahami bagaimana cara mengatur keuangan mereka secara efektif. 

Gembong menilai untuk bisa memiliki dana darurat, penting untuk memiliki motivasi utama dalam mengelola keuangan dengan prinsip SMART, yaitu (S)pecific, (M)easurable, (A)chievable, (R)elevant dan (T)ime-bound.

Di mana, dalam dalam menetapkan tujuan keuangan haruslah spesifik yang terukur. Misal, membeli rumah di suatu lokasi, dengan luas tanah tertentu dalam kurun waktu 2 ataupun 5 tahun ke depan.

Selanjutnya, pastikan upaya untuk mencapai tujuan keuangan itu terukur dengan menetapkan besaran uang dan waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan keuangan itu. Misalnya dengan mempertanyakan berapa banyak uang yang dibutuhkan dan butuh berapa lama untuk mengumpulkannya.

Dalam poin ketiga, yaitu achievable, Gembong mengatakan tiap individu harus menurunkan tujuan keuangan menjadi rencana kerja atau action plan.

“Rencana kerja ini akan meliputi langkah-langkah konkrit yang terjangkau ini bisa dilakukan demi mencapai tujuan keuangan,” ucapnya.

Lebih lanjut, penting untuk memastikan tujuan keuangan itu merupakan hal yang penting, ini dilakukan untuk menghindari perasaan ragu.

"Di sini, anak muda bisa tanya ke diri sendiri, seberapa penting tujuan keuangan kamu ini buat kehidupanmu? Apakah ada alternatif lain? Seberapa skeptis kita bisa mencapai tujuan keuanganmu ini?” ujarnya.

Terakhir adalah time-bound, yakni menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan keuangan saat ini.

“Apakah jangka pendek, menengah atau jangka panjang? Berapa lama tujuan keuangan jangka pendek? Apakah 1 sampai dengan 3 tahun? Bagaimana dengan jangka panjang? Apakah 5 sampai dengan 10 tahun?” tutupnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini