Harga Minyak Memanas usai Serangan di RS Al-Ahli Gaza, Pasar Nantikan Kunjungan Biden

Bisnis.com,18 Okt 2023, 13:49 WIB
Penulis: Jessica Gabriela Soehandoko
Kilang minyak Petroleos de Venezuela SA (PDVSA) Amuay di Kompleks Kilang Paraguana di Punto Fijo, Negara Bagian Falcon, Venezuela, pada hari Sabtu, 19 Agustus 2023./Bloomberg

Bisnis.comJAKARTA - Harga minyak kembali meningkat karena serangan yang terjadi di rumah sakit di Gaza, sehingga meningkatkan ketegangan di Timur Tengah sebelum datangnya Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden ke Israel. 

Berdasarkan data Bloomberg, Rabu (18/10/2023), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak November 2023 menguat 2,18% atau 1,89 poin menjadi US$88,55 per barel pada pukul 13.27 WIB. Kemudian, harga minyak Brent kontrak Desember 2023 juga menguat 1,92% atau 1,73 poin ke US$91,63 per barel.

WTI telah naik diatas US$88 per barel, setelah berayun lebih dari US$2 pada Selasa (17/10). Menyusul serangan tersebut, diketahui para pemimpin Mesir, dan Otoritas Palestina membatalkan pertemuan puncak dengan Biden. Hal ini mempersulit upaya Paman Sam mencegah konflik Israel-Hamas menjadi meluas. 

Terkait peperangan yang terjadi antara Israel dan Hamas, para pedagang waspada jika Israel melancarkan serangan ke Gaza, yang berpotensi dapat memicu konflik lebih luas yang mungkin melibatkan Iran, yakni pemasok utama minyak mentah, dan negara-negara lainnya. Teheran juga mendukung Hamas.

"Jelas, perluasan konflik akan membawa risiko pasokan yang lebih besar ke pasar yang sudah sangat ketat," jelas kepala strategi komoditas untuk ING Groep NV di Singapura, Warren Patterson. Menurutnya, risiko pasokan paling langsung kemungkinan tetap berkaitan dengan minyak Iran. Teheran juga telah mempertingatkan kemungkinan eskalasi konflik. Sementarai itu, Israel juga berjanji untuk melawan Hamas, mengerahkan ribuan tentara di sepanjang perbatasan Gaza menjelang serangan yang diperkirakan akan memasuki wilayah tersebut.

Di lain sisi, minyak mentah juga mendapat dukungan pada Rabu (18/10) dari data yang menunjukan pertumbuhan ekonomi negara pengimpor minyak terbesar, China, lebih baik dibandingkan perkiraan.  

Produk Domestik Bruto (PDB) China meningkat sebesar 4,9% pada kuartal III/2023, memberikan bukti bahwa upaya pemerintah untuk mendukung perekonomian membuahkan hasil. Permintaan minyak tampaknya juga melonjak sebesar 17% pada September 2023. 

Kemudian, stok minyak di AS akan menjadi perhatian. American Petroleum Institute mengatakan bahwa persediaan di pusat Cushing, Oklahoma, berkurang sekitar 1 juta barel. Jika hal ini dikonfirmasi oleh data resmi yang akan dirilis pada Rabu waktu setempat (18/10), maka akan menandakan persediaan berkurang menjadi ke level terendah sejak 2014. 

Selisih waktu (Timespreads) juga terus menunjukkan kekuatan dengan selisih harga antara dua kontrak terdekat Brent yang menjadi acuan global sebesar US$1,46 per barel berada dalam kondisi backwardation. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan US$1,14 per barel pada bulan lalu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini