Saham Bank Digital ARTO BBHI Cs Jeblok, Triliunan Cuan Jerry Ng dan CT Menguap

Bisnis.com,21 Okt 2023, 16:35 WIB
Penulis: Fahmi Ahmad Burhan
Ilustrasi daftar bank digital di Indonesia/Freepik

Bisnis.com, JAKARTA -- Kinerja saham bank digital seperti PT Bank Jago Tbk. (ARTO) dan PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) masih jeblok sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd). Triliunan rupiah kekayaan para pembesutnya seperti Jerry Ng di ARTO dan Chairul Tanjung di BBHI pun lenyap.

Berdasarkan data RTI Business, harga saham ARTO turun 54,03% ytd dan terparkir di level Rp1.710 pada penutupan perdagangan pekan ini, Jumat (20/10/2023). Kemudian, harga saham BBHI turun 32,01% ytd dan terparkir di level Rp1.200 pada penutupan perdagangan pekan ini. 

Bank digital lainnya PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) mencatatkan penurunan harga saham 36,63% ytd. Harga saham PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) juga turun 61,55% ytd. Selain itu, saham PT Bank Aladin Syariah (BANK) turun 27,92% ytd.

Masih jebloknya harga saham bank-bank digital itu membuat kekayaan para pemiliknya tergerus. Jerry Ng misalnya melalui PT Metamorfosis tercatat memiliki 4,12 miliar saham Bank Jago atau setara 29,8%.

Nilai saham Metamorfosis di ARTO kemudian longsor Rp7,95 triliun, dari Rp14,99 triliun saat ARTO mencapai harga tertinggi tahun ini di level Rp3.640 per lembar, menjadi Rp7,04 triliun saat harga saham terparkir di level Rp1.710 pada penutupan perdagangan pekan ini.

Jika dibandingkan level tertinggi harga saham ARTO sepanjang sejarah di Rp19.000 pada awal 2022, maka longsornya nilai saham Metamorfosis di ARTO sebesar Rp71,24 triliun.

Pemilik bank digital lainnya, Chairul Tanjung melalui PT Mega Corpora menguasai BBHI dengan porsi kepemilikan 60,88% dan jumlah saham 13,2 miliar.

Adapun, nilai saham Mega Corpora di BBHI longsor Rp10,56 triliun, dari Rp26,4 triliun saat mencapai harga tertinggi tahun ini ke Rp15,84 triliun pada harga penutupan perdagangan pekan ini.

Jika dibandingkan dengan harga tertinggi sepanjang sejarah di level Rp7.300, maka nilai saham Mega Corpora di BBHI tergerus Rp80,52 triliun.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan harga saham bank digital masih jeblok sebab belum ada sentimen yang mampu mendukung kenaikkan harga secara signifikan. Ekosistem yang diharapkan menjadi pendorong kinerja di bank digital pun belum begitu kuat dampaknya.

“Oleh sebab itu, besar harapan kami tatkala sentimen akan kenaikkan tingkat suku bunga masih memberatkan sektor teknologi, bank bank digital mampu untuk berkolaborasi untuk mengembangkan ekosistem yang mereka miliki,” ujarnya pada Bisnis beberapa waktu lalu.

Sementara Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan kinerja saham bank digital memang tergolong memiliki volatilitas tinggi. Secara fundamental, harga saham bank digital juga menurutnya overvalued.

Berdasarkan price to earnings ratio (PER) dan price to book value (PBV) nilai saham bank digital di atas rata-rata perbankan lainnya.

Selain itu, Senior Investment Information Mirae Asset M. Nafan Aji Gusta Utama mengatakan saham bank digital sempat terdongkrak oleh kebijakan longgar dari bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) dalam menerapkan suku bunga acuan. Hal tersebut akan memberikan sentimen bullish ke pasar, termasuk bank digital. 

Namun, kini suku bunga AS diperkirakan akan tetap di level tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama atau higher for longer.

Bank Indonesia (BI) pun telah memutuskan untuk menaikan suku bunga acuannya 25 basis poin (bps) menjadi 6% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 18 Oktober 2023 dan 19 Oktober 2023. Kenaikan ini merupakan yang pertama kali setelah BI menahan suku bunga acuan pada level 5,75% selama 8 bulan terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini