Bisnis.com, JAKARTA - Pendapatan berbasis komisi (fee based income) menjadi salah satu sumber alternatif bank untuk meraup kinerja laba moncer di tengah tren suku bunga acuan yang tinggi. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) pun telah berhasil mencatatkan fee based income yang besar, setidaknya hingga kuartal III/2023.
Berdasarkan laporan keuangan, BRI telah meraih laba bersih konsolidasi Rp44,21 triliun pada kuartal III/2023, naik 12,5% dari periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) sebesar Rp38,31 triliun.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan kinerja laba BRI pada kuartal III/2023 itu tidak terlepas dari peran fee based income. BRI sendiri secara konsolidasi telah meraup fee based income Rp15,55 triliun, tumbuh 12,19% yoy hingga September 2023.
Adapun, Direktur Jaringan dan Layanan BRI Andrijanto mengatakan kinerja fee based income itu banyak dikontribusikan dari layanan digital, termasuk dari platform BRImo.
"Tren pertumbuhan fee based income juga akan terus terjadi. Ini seiring dengan digitalisasi yang akan makin tebal," ujarnya dalam paparan kinerja kuartal III/2023 BRI pada Rabu (25/10/2023).
BRI sendiri mencatatkan nilai transaksi BRImo Rp2.984,2 triliun, naik 65,2% yoy. Sementara jumlah transaksi di BRImo mencapai 2,18 miliar transaksi, naik 78,1% yoy. Lalu, BRImo telah memiliki 29,8 juta pengguna naik 38,5% yoy.
Di samping itu, pertumbuhan fee based income BRI juga didorong meningkatnya bisnis AgenBRILink yang jumlahnya telah mencapai lebih dari 698.000 agen dengan total nilai transaksi naik 20,77% menjadi Rp1.163 triliun.
Begitu juga dengan BCA yang mencatatkan pertumbuhan laba bersih 25,8% yoy menjadi Rp36,4 triliun pada kuartal III/2023. Kinerja laba bank juga tidak terlepas dari peran fee based income yang naik 7,71% menjadi Rp13,26 triliun.
Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan dalam mendorong kinerja pendapatan non bunga termasuk fee based income, BCA terus memperkuat ekosistem finansial serta menyempurnakan infrastruktur teknologi informasi yang dimiliki.
"BCA juga mendukung keandalan dan keamanan berbagai layanan transaksi perbankan digital, sehingga diharapkan dapat meningkatkan volume transaksi digital perbankan dan mendukung pertumbuhan bisnis perusahaan," kata Hera.
Dari layanan digital, pada sembilan bulan pertama 2023 BCA mencatatkan jumlah transaksi mencapai 18,7 miliar, naik 30% yoy. Sementara nilai transaksi mobile dan internet banking itu telah mencapai Rp18.440 triliun, naik 9%. Lalu, BCA mencatat jumlah pengguna mobile banking 30,8 juta naik 23%.
Sebelumnya, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan industri perbankan saat ini memang sedang dalam masa switching, tidak melulu mengandalkan portofolio kredit atau margin dalam mendulang penghasilan, tapi mengandalkan pendapatan non bunga, seperti fee based income. "Mereka sudah mulai mencari peluang lain atau instrumen investasi dan kemudian menjual produk yang variatif," ujarnya.
Tren ini didorong oleh digitalisasi pesat selama masa pandemi Covid-19. Pesatnya transaksi digital banking membuat bank mampu meraup cuan dari fee based income.
Pendapatan non bunga, termasuk fee based income juga menjadi pendapatan alternatif yang bisa dimanfaatkan oleh bank di tengah tren tingginya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
Apalagi, BI telah memutuskan untuk menaikan suku bunga acuannya 25 basis poin (bps) menjadi 6% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 18 Oktober 2023 dan 19 Oktober 2023. Kenaikan ini merupakan yang pertama kali setelah BI menahan suku bunga acuan pada level 5,75% selama 8 bulan terakhir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel