Inggris Hingga Prancis Anggota G7 Ajukan Pembicaraan dengan Indonesia Terkait Larangan Ekspor

Bisnis.com,27 Okt 2023, 22:36 WIB
Penulis: Jessica Gabriela Soehandoko
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Kanselir Jerman Olaf Scholz, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Dewan Eropa Charles Michel, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berpose saat mereka menghadiri acara dengan para pemimpin G7 untuk mengumumkan deklarasi dukungan bersama untuk Ukraina, saat KTT NATO

Bisnis.com, JAKARTA -- Para menteri perdagangan dari negara-negara Group of Seven (G7) menyerukan untuk memperkuat rantai pasokan global dan menghentikan proteksi dalam bisnis lintas kawasan. 

Mengutip Bloomberg, Jumat (27/10/23) Menteri Perdagangan G7 akan bertemu pada 28-29 September 2023 di Osaka, Jepang, menyebutkan akan berbicara dengan Indonesia, India, Australia, Chile dan Kenya dalam membahas mengenai rantai pasokan, yang telah dinilai penting. 

Anggota G7 terdiri dari Amerika Serikat, Italia, Inggris, Prancis, Jepang, Kanada, dan Jerman.

Menurut kementerian perdagangan dan luar negeri Jepang, negara G7 nantinya juga akan membahas berbagai masalah terkait perdagangan dalam empat sesi berbeda. Hal ini termasuk langkah-langkah mengatasi ketahanan pangan, perubahan iklim, aturan perdagangan yang adil, paksaan ekonomi, dan ketahanan rantai pasokan.

Adapun, Kelompok tersebut berencana untuk mengeluarkan pernyataan pada akhir pertemuan pada hari Minggu (29/10). 

Diketahui bahwa pertemuan ini berlangsung ketika negara-negara maju berusaha untuk mendekatkan produksi lebih dekat ke negara mereka, terutama di bidang kunci seperti semikonduktor dan alat medis. 

Kedua sektor tersebut juga mengalami gangguan pasokan yang parah selama pandemi, sehingga berdampak buruk bagi ekonomi global. 

Perang di Ukraina sendiri juga telah menciptakan hambatan pasokan makanan dan energi, serta krisis di Israel dan Gaza yang mengancam memperburuk polarisasi global.

Kemudian, berbagai negara telah menerapkan hambatan perdagangan, sanksi dan subsidi untuk mengamankan kepentingan mereka dengan mitra yang berpikiran sama. 

Inti dari tindakan-tindakan itu sendiri adalah barang-barang seperti chip yang penting untuk berbagai pengembangan seperti kecerdasan buatan (AI), pembuatan senjata, dan mineral penting yang digunakan dalam pembuatan baterai untuk kendaraan listrik. 

Sementara itu, menurut Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) ketika perekonomian global akibat tingginya inflasi AS dan Eropa, serta lambatnya pemulihan China pasca pandemi, perdagangan global diproyeksikan tumbuh kurang dari separuh yang diperkirakan enam bulan lalu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini