Bisnis.com, JAKARTA - Penyaluran kredit konsumer perbankan memang mengalami pertumbuhan pada September 2023, meski melambat. Adapun, laju kredit konsumer ke depan akan semakin berat seiring dengan tren suku bunga tinggi.
Berdasarkan laporan Analisis Uang Beredar yang dirilis Bank Indonesia (BI), kredit konsumsi tumbuh 8,4% secara tahunan (year on year/yoy) pada September 2023, melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 9,1% yoy.
Sejumlah segmen kredit konsumsi mengalami tren pelambatan. Pada segmen kredit pemilikan rumah (KPR) misalnya, penyaluran kredit mencapai Rp695,9 triliun, tumbuh 12%, namun melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 12,3%.
Lalu pada segmen kredit kendaraan bermotor (KKB), penyaluran kredit mencapai Rp128,3 triliun, tumbuh 6,7%, melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh kencang 14,6%.
Laju kredit konsumsi ke depan pun ditengarai akan semakin berat seiring dengan tren tingginya suku bunga. Sebagaimana diketahui, BI telah menaikan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) ke level 6% pada bulan ini. Kenaikan ini merupakan yang pertama kali setelah BI menahan suku bunga acuan pada level 5,75% selama 8 bulan terakhir.
Sejalan dengan kenaikan suku bunga acuan, suku bunga kredit pada September 2023 merangkak naik ke level 9,36% dari bulan sebelumnya di level 9,34%.
"Kenaikan suku bunga dapat menghambat pertumbuhan kredit termasuk kredit konsumer, potensi peningkatan NPL [kredit bermasalah/nonperforming loan] kredit konsumer juga perlu menjadi perhatian," kata Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan kepada Bisnis pada Jumat (27/10/2023).
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Jahja Setiaatmadja juga memproyeksikan bahwa segmen kredit yang paling terdampak oleh kenaikan suku bunga acuan adalah segmen kredit konsumer. "Untuk kredit konsumer, itu sangat price sensitive," tutur Jahja dalam paparan kinerja kuartal III/2023 pada pekan lalu (19/10/2023).
Adapun, Jahja mengatakan BCA cenderung tidak mengubah suku bunga kreditnya. "KPR dan KKB kita enggak naik [suku bunga kredit] dari tahun lalu saat interest rupiah sudah mulai naik," ujar Jahja.
Sementara Corporate Secretary PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) Ramon Armando mengatakan walaupun di tengah suku bunga yang tinggi, kredit konsumer diproyeksikan akan masih tumbuh tinggi.
"Sebagai bank yang fokus pada sektor perumahan, BTN yakin akan dapat menjaga pertumbuhan kredit, terutama pada bisnis KPR hingga akhir tahun untuk mencapai target pertumbuhan double digit," katanya kepada Bisnis, Jumat (27/10/2023).
Dorongan Insentif
Pemerintah dan regulator tak tinggal diam di tengah tantangan laju kredit tersebut. Bagi segmen perumahan, pemerintah memberikan insentif pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP) untuk harga rumah sampai dengan Rp2 miliar, berlaku mulai November 2023 hingga Desember 2024.
Rencananya ada dua tahapan implementasi insentif PPN DTP tersebut. Tahap pertama, pemberian insentif pajak akan diberikan sebesar 100% pada November 2023-Juni 2024. Tahap kedua, diberikan sebesar 50% untuk periode Juli-Desember 2024.
Insentif juga telah terlebih dahulu diberikan oleh BI untuk mendorong kredit konsumsi, khususnya KPR yang tertuang dalam Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM). Di antara insentif dari BI adalah pelonggaran rasio loan to value/financing to value (LTV/FTV) kredit/pembiayaan properti menjadi paling tinggi 100% untuk semua jenis properti.
Bagi KKB, BI juga memberi pelonggaran ketentuan uang muka kredit/pembiayaan kendaraan bermotor menjadi paling sedikit 0% untuk semua jenis kendaraan bermotor baru.
"Ke depannya, dengan adanya beberapa stimulus fiskal serta insentif, akan terus menjaga tren pertumbuhan penyaluran KPR di level dobel digit," ujar Ramon.
Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) Lani Darmawan juga mengatakan insentif pemerintah dan BI sedikit banyak cukup membantu untuk menggairahkan minat masyarakat tetap mengambil kredit di tengah kenaikan bunga kredit yang pasti terjadi. "Jadi, sebagai peredam kenaikan biaya bunga," tutur Lani kepada Bisnis pada Jumat (27/10/2023).
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) Sunarso juga menyebut insentif akan memberikan dampak bagi kinerja kredit konsumer perbankan. "Kalau ditanya seberapa efektif [insentif], ya efektif," katanya dalam acara Ngopi BUMN pada Kamis (26/10/2023) di Jakarta.
Namun, menurutnya yang mesti diperhatikan adalah permintaan kredit dalam memberikan dampak pada pertumbuhan kredit dipengaruhi oleh sejumlah faktor. "Ada analisis ekonometrika bahwa loan demand dan loan growth itu elastis terhadap konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat," ujar Sunarso.
Alhasil, menurutnya yang mesti diperhatikan juga adalah konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat. "Kalau mau dorong pertumbuhan GDP [gross domestic product] dengan kredit ya dua [konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat] ini mesti didorong," tutur Sunarso.
Direktur Kepatuhan PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) Efdinal Alamsyah juga mengatakan yang memengaruhi pertumbuhan kredit adalah daya beli masyarakat. "Jika daya beli masyarakat meningkat, kredit akan tetap tumbuh," ujar Efdinal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel