Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah lapangan minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia diidentifikasi berpotensi mengandung bahan baku gas yang dapat diolah menjadi liquefied petroleum gas (LPG). Potensi ini menjadi harapan baru bagi Indonesia untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor LPG.
Impor LPG terus meningkat dari tahun ke tahun seiring meningkatnya kebutuhan energi masyarakat, sementara produksi LPG dalam negeri cenderung stagnan. Berdasarkan Laporan Kinerja 2022 Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) Kementerian ESDM, impor LPG pada 2022 mencapai 6,74 juta metrik ton, sedangkan produksi hanya mencapai 1,98 juta metrik ton.
Besarnya volume impor LPG lantaran karakter gas yang diproduksi sumur migas dalam negeri didominasi oleh gas kering atau lean gas dengan konsentrasi tinggi metana dan etana, sementara untuk memproduksi LPG dibutuhkan jenis rich gas dengan kandungan propana dan butana.