Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewanti-wanti dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah ke neraca keuangan perusahaan.
Hal ini mengingat beban utang perusahaan yang akan meningkat jika perusahaan tersebut memiliki eksposur utang dalam denominasi dolar Amerika Serikat (AS).
“Tolong di lihat neraca keuangannya para CEO perusahaan, tolong panggil Chief Financial Officer [CFO] dan tanyakan exposure-nya [utang] ada tidak terhadap perubahan yang sangat berubah cepat,” katanya di acara Kompas100 CEO Forum, Rabu (1/11/2023).
Sri Mulyani menyampaikan bahwa indeks dolar AS telah meningkat tinggi hingga ke level 106 sehingga penguatan dolar AS memberikan tekanan pada mata uang negara lainnya.
Dalam hal ini, dia mengatakan, pihaknya terus berkoordinasi dengan BI untuk menjaga stabilitas makro ekonomi.
Selain itu, Kemenkeu dan bersama anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) lainnya juga terus memantau daya tahan sektor keuangan Indonesia terhadap gejolak global yang tinggi tersebut.
Bisnis mencatat, nilai tukar rupiah ditutup melemah ke level Rp15.935,50 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, menjelang pengumuman putusan the Fed terkait suku bunga kebijakan.
Tercatat, nilai tukar rupiah terkoreksi 0,32% terhadap dolar AS. Di sisi lain, indeks dolar AS tercatat menguat 0,10% ke 106,77.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel