Mengenal Houthi, Didukung Iran dan Ikut Perang untuk Kemenangan Palestina

Bisnis.com,01 Nov 2023, 15:45 WIB
Penulis: Erta Darwati
Proyektil diluncurkan selama manuver militer di dekat Sanaa, Yaman, 30 Oktober 2023. Houthi Media Center/Handout via Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Houthi merupakan bagian dari poros perlawanan yang didukung oleh Iran. Militan anti-Israel dan anti-Barat ini mendukung Palestina.

Juru Bicara militer Houthi Yahya Saree mengatakan bahwa kelompok tersebut telah meluncurkan sejumlah rudal balistik dan drone ke arah Israel, dan akan ada lebih banyak serangan serupa yang akan terjadi untuk membantu Palestina meraih kemenangan.

Houthi awalnya adalah sebuah gerakan teologis yang mengajarkan perdamaian, namun kini kelompok itu berada di pusat konflik internasional.

Seorang profesor di Universitas Sanaa, Ahmed Addaghashi, mengatakan Houthi awalnya memiliki visi pendidikan dan budaya yang berwawasan luas. Kelompok agama yang berafiliasi dengan sekte Islam Syiah Zaydi, Houthi mempertahankan basisnya di Provinsi Saada utara.

“Kelompok ini dimulai sebagai sebuah pertemuan yang disebut 'Forum Pemuda Percaya' pada awal tahun sembilan puluhan,” katanya melansir Aljazeera, Rabu (1/11/2023).

Kemudian, terjadi perselisihan internal antara dua garis, yang pertama menyerukan lebih banyak keterbukaan, sedangkan yang kedua mendesak untuk tetap berpegang pada warisan tradisional sekte Syiah.

Ironisnya, pendiri Houthi Hussein Bader Addian al-Houthi memutuskan untuk lebih memilih yang pertama. 

“Gerakan ini beralih menggunakan senjata pada tahun 2004 dengan alasan membela diri ketika perang pertama dengan pemerintah meletus,” kata profesor itu.

Ketegangan antara pasukan keamanan Yaman dan Houthi pertama kali berkobar ketika para pendukung kelompok tersebut melakukan protes di masjid-masjid di Ibu Kota, yang dianggap oleh Presiden Ali Abdullah Saleh sebagai tantangan terhadap pemerintahannya.

Dia memerintahkan penangkapan beberapa anggota Houthi, dan mendesak pemimpinnya Hussein al-Houthi untuk menghentikan para pengunjuk rasa.

“Perang pertama dimulai ketika Saleh mengirimkan beberapa pasukan ke Provinsi Saada untuk menangkap Hussein, yang menolak mengekang para pendukungnya,” katanya.

Hussein al-Houthi terbunuh pada 2004 setelah Saleh mengirim pasukan pemerintah ke Provinsi Saada. Perang yang berlangsung selama bertahun-tahun berakhir dengan perjanjian gencatan senjata pada 2010.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

  1. 1
  2. 2
Tampilkan semua
Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nancy Junita
Terkini