Bisnis.com, JAKARTA - Citibank, N.A., Indonesia (Citi Indonesia) kian menggencarkan layanan transaksi dalam suatu ekositem digital. Lantas benarkah Citi Indonesia tengah berancang-ancang membangun layanan super app di tengah tren perbankan saat ini?
Head Treasury and Trade Solutions Citi Indonesia Fery Kasiman Sales mengatakan sejauh ini belum ada rencana seperti itu. Namun, dia menyebut hal itu sangatlah bagus bagi sutau perusahaan, lantaran bisa memberikan layanan yang efisien bagi pelanggan.
Namun, sejauh ini, pihaknya masih terus memfasilitasi sebuah ekosistem digital dengan tiap klien yang ada.
"Kami tidak membangun super app. Tapi, kami bisa men-support nasabah [korporasi] untuk menjangkau para end client yaitu nasabah mereka. Tapi, bisa jadi super app yang dipakai masyarakat, actually powered by Citi," katanya dalam Media Workshop di Jakarta, Rabu (1/11/2023).
Lebih lanjut, Head of Treasury and Trade Solutions Citi Indonesia Yoanna Darwin mengatakan saat ini Citi Indonesia terbuka atas semua sektor, mulai dari manufaktur, FMCG, healthcare hingga farmasi.
Dia mengatakan sektor yang pertumbuhannya melesat adalah native digital player, seperti financial technology, marketplace, hingga asuransi digital. "Ini pertumbuhannya melesat 2-3 tahun ke belakang ya," imbuhnya.
Sebagai informasi Citibank, N.A., Indonesia (Citi Indonesia) memang menyediakan layanan keuangan treasury and trade solutions (TTS), dengan membangun kerangka kerja ekosistem digital guna memenuhi kebutuhan jaringan keuangan bagi nasabah korporasi. Mulai dari flow payment hingga disbursement.
Hal ini sejalan dengan tren transformasi sistem pembayaran di Indonesia yang dipicu oleh inovasi teknologi dan kebutuhan pasar yang semakin tinggi akan sistem pembayaran yang cepat, aman, dan efisien.Yoanna juga menuturkan pergeseran transaksi dari konvensional menjadi digital bisa memberikan pengurangan biaya bagi perusahaan.
"Ya bisa efisien hingga 10%, 20% hingga 50% tergantung sektornya," katanya.Secara global, Citibank, N.A. memfasilitasi pembayaran senilai lebih dari US$4 triliun per hari yang mencakup 160 negara dan 140 mata uang.
Sebelumnya, Chief Executive Officer (CEO) Citi Indonesia Batara Sianturi mengatakan bahwa pasar ekonomi digital Asean mencapai US$194 miliar pada 2022. Dari sana, Indonesia berkontribusi hingga 40 persen.
Bukan hanya itu, ekonomi digital Indonesia juga diproyeksikan mencapai US$150 miliar pada 2025, atau 10% dari PDB Indonesia. “Sehingga berpotensi menjadi instrumen yang mampu menumbuhkan perekonomian negara,” imbuhnya.
Batara juga mengungkap bahwa perusahaan selalu berfokus pada inovasi produk, pengelolaan neraca, dan pemeliharaan kerangka manajemen risiko yang kuat. Hal itu sejalan dengan visi perusahaan untuk menjadi mitra perbankan terkemuka di lembaga-lembaga dengan kebutuhan lintas negara.
“Di Citi Indonesia, kami menyadari pentingnya potensi digital dan kami benar-benar berkomitmen dalam mendukung kemajuan perekonomian negara dan pertumbuhan berkelanjutan,” pungkas Batara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel