Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah emiten bank digital di Indonesia seperti PT Bank Jago Tbk. (ARTO) dan PT Allobank Indonesia Tbk. (BBHI) mencatatkan kinerja keuntungan yang moncer pada kuartal III/2023. Namun, kinerja sahamnya masih jeblok sepanjang tahun ini.
Berdasarkan laporan keuangan, ARTO telah membukukan laba bersih sebesar Rp50,29 miliar, meningkat 24% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan laba bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp40,57 miliar.
Emiten bank digital hasil kongsi grup Chairul Tanjung (CT), Bukalapak, dan Salim mencatatkan laba bersih kuartal III/2023 yang tumbuh 62,09% yoy mencapai Rp338,82 miliar dari posisi sebelumnya Rp209,03 miliar.
Akan tetapi, kinerja saham bank-bank digital ini terpantau masih jeblok. Harga saham ARTO misalnya memang naik 4,89% dalam 24 jam terakhir dan terparkir di level Rp1.610 pada penutupan perdagangan hari ini, Kamis (2/11/2023). Namun, sepanjang tahun berjalan atau secara year to date (ytd) harga saham ARTO masih jeblok, turun 56,72%.
Harga saham BBHI juga naik 3,02% dan terparkir pada level Rp1.195 pada penutupan perdagangan hari ini. Namun, harga saham BBHI masih turun 32,29% ytd.
Emiten bank digital lainnya PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) mencatatkan peningkatan harga saham 3,6% dan terparkir di level Rp230 pada penutupan perdagangan hari ini. Meski begitu, harga saham AGRO merosot 43,07% secara ytd.
Harga saham PT Bank Aladin Syariah (BANK) turun 0,97% pada perdagangan hari ini dan terpakir di level Rp1.025. Secara ytd, harga saham BANK juga turun 27,56%.
Selain itu, PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) mencatatkan peningkatan harga saham 3,7% dalam 24 jam terakhir menjadi Rp224. Namun, harga saham BBYB turun 65,27% ytd.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan pada perdagangan hari ini, sejumlah emiten bank digital mencatatkan peningkatan harga saham karena teknikal rebound. Selain itu, terdapat sentimen positif dari kebijakan The Fed yang mempertahankan tingkat suku bunga acuan.
Bank Sentral Amerika Serikat (AS) itu telah mempertahankan suku bunga acuan stabil di kisaran 5,25%-5,5% dalam pertemuan FOMC yang digelar pada 31 Oktober-1 November 2023.
Meski begitu, kinerja saham bank digital masih jeblok karena harga yang overvalued dibandingkan rata-rata emiten perbankan lain.
"Valuasi mereka [bank digital] tidak wajar, investor lebih kecenderung untuk jual atau lepas saham tersebut untuk saham yang lebih kondusif," ujar Arjun kepada Bisnis pada Kamis (2/11/2023).
Sebelumnya, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus juga mengatakan harga saham bank digital masih jeblok sebab belum ada sentimen yang mampu mendukung kenaikkan harga secara signifikan. Ekosistem yang diharapkan menjadi pendorong kinerja di bank digital pun belum begitu kuat dampaknya.
“Oleh sebab itu, besar harapan kami tatkala sentimen akan kenaikkan tingkat suku bunga masih memberatkan sektor teknologi, bank bank digital mampu untuk berkolaborasi untuk mengembangkan ekosistem yang mereka miliki,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel