Investor Asing Kepincut Bank-Bank di Indonesia, Siapa Saja yang Dilirik?

Bisnis.com,07 Nov 2023, 09:45 WIB
Penulis: Fahmi Ahmad Burhan
Ilustrasi bank. /Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa industri perbankan di Indonesia masih terus diminati oleh investor asing. Sepanjang tahun ini, sejumlah bank telah dilirik asing untuk diakuisisi. 

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan antusiasme investor asing untuk mengakuisisi bank di Indonesia cukup tinggi.

"Sampai saat ini [investor asing yang masuk] masih terus berjalan, sedang dalam proses. Jadi, ada beberapa yang mengajukan [akuisisi] dan itu nanti akan ada semacam seleksi," kata Dian kepada awak media setelah Rapat Kerja DPR dengan Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada Senin (6/11/2023) di Jakarta. 

Dia menilai besarnya minat investor asing mengakuisisi bank di Indonesia karena potensinya besar, termasuk dalam hal digitalisasi. Mengacu pada data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI pada kuartal I/2023, 40% nilai transaksi digital di Asean berasal dari Indonesia.

"Pada prinsipnya perbankan indonesia juga terbuka bagi masuknya investor dalam rangka memperkuat permodalan untuk mendukung dan menjaga pertumbuhan bank yang berkelanjutan," ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengatakan perbankan Indonesia memang selalu menarik bagi investor asing. "Ini karena perbankan indonesia menawarkan tingkat keuntungan yang tinggi diperoleh dari NIM [net interest margin] besar," katanya kepada Bisnis.

Indonesia juga mempunyai jumlah penduduk juga besar dengan bonus demografi. Bank Indonesia (BI) juga mencatat bahwa masih ada 28 juta penduduk Indonesia yang belum terhubung dengan layanan perbankan atau unbanked.

Adapun, sepanjang tahun ini terdapat sejumlah bank yang dilirik investor untuk berinvestasi. Bahkan, telah ada korporasi asing yang menjalin kemitraan strategis dengan bank di Indonesia.

Korporasi asing tersebut adalah KakaoBank. Bank digital dengan pengguna terbesar di Korea Selatan itu merambah bisnis global dengan mengakuisisi 10% saham bank digital milik PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK), Superbank.

Selain itu, terdapat bank yang sedang dalam penjajakan investasi. PT Bank Commonwealth dikabarkan akan dilepas induknya yakni Commonwealth Bank of Australia (CBA). Sejumlah calon pembeli pun bermunculan. 

Seperti dilaporkan oleh Reuters, pekan lalu (31/10/2023), bank asal Malaysia yakni CIMB berminat untuk bersaing mengakuisisi Bank Commonwealth. Adapun, CIMB Group merupakan induk sekaligus pemegang saham pegendali dari PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA).

Selain CIMB, minat untuk mengakuisisi bank tersebut, dikabarkan juga muncul dari J Trust asal Jepang. Di Indonesia J Trust telah memiliki unit usaha perbankan melalui PT Bank JTrust Indonesia Tbk. (BCIC).

Pada Maret 2023, sempat tersiar juga kabar bahwa perusahaan asal India dan Taiwan disebut-sebut ingin mengambil alih Bank Commonwealth.

Perusahaan asal India tersebut adalah Bajaj Finance Ltd. Sebagai informasi, Bajaj Finance merupakan perusahaan jasa keuangan non-bank yang berkantor pusat di Pune, India. Perusahaan tersebut berfokus pada layanan kredit, manajemen aset, manajemen kekayaan dan asuransi.

Sementara itu, perusahaan asal Taiwan yang dikabarkan berminat adalah Cathay Financial Holding Co. Perusahaan tersebut, tercatat memiliki tentakel di perbankan Indonesia lewat PT Bank Mayapada Internasional Tbk. (MAYA). Per 30 September 2023, kepemilikah sahamnya di MAYA sebesar 2,29 miliar lembar saham atau setara dengan 19,26%.

Adapun, pada September 2023 lalu International Finance Corporation (IFC) dikabarkan akan masuk menjadi pemegang saham di PT Bank KB Bukopin Tbk. (BBKP). IFC masuk ke BBKP melalui STIC Eugene Star Holding yang saat ini menggenggam 17% saham.

Sementara, berdasarkan keterbukaan informasi, Wakil Direktur Utama Bank KB Bukopin Robby Mondong mengatakan pada prinsipnya Bank KB Bukopin selalu terbuka terhadap segala bentuk peluang bisnis yang dapat dioptimalkan dan dapat memberikan added value bagi perseroan, termasuk masuknya investor baru.

Upaya itu pun dilakukan dengan tetap memperhatikan alignment terhadap strategi yang telah disusun perseroan.

Sejak tahun lalu PT Bank Panin Tbk. (PNBN) atau Bank Panin digadang-gadang akan diakuisisi oleh sejumlah calon pembeli. Kabarnya, calon pembeli Bank Panin merupakan konglomerasi keuangan Jepang yakni Sumitomo Mitsui Financial Group atau Mitsubishi UFJ Financial Group Inc. (MUFG).

Mengutip sumber Bloomberg, calon pembeli Bank Panin telah bernegosiasi untuk menjadi pemegang saham pengendali. Akan tetapi pada awal tahun ini disebutkan bahwa pembicaraan kesepakatan buntu.

Sumber Bloomberg menyebutkan para pihak belum mampu menjembatani perbedaan penilaian dan beberapa penawar khawatir tentang modal akuisisi yang terlampau besar di tengah volatilitas pasar saham.

Adapun, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BSI (BRIS) saat ini sedang dalam tahapan penjajakan untuk mendapatkan investor strategis baru yang akan menggantikan kepemilikan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI).

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan BRI dan BNI memang akan melepas kepemilikan saham di BSI guna menambah porsi saham publik di BSI. Lepasnya kepemilikan saham BRI dan BNI di BSI kemudian akan memberi jalan masuknya investor strategis baru di BSI.

Menteri BUMN Erick Tohir juga dikabarkan telah mencari investor strategis dari Arab Saudi untuk menggantikan posisi dua bank BUMN itu di BSI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini