Bisnis.com, JAKARTA — Krisis iklim menjadi salah satu ancaman serius bagi perekonomian global, tak terkecuali buat Indonesia. Gagasan akan ekonomi hijau dari pemimpin Indonesia berikutnya, mulai dari pengurangan polusi sampai transisi energi, tengah begitu dinanti.
Mulai dari akademisi, praktisi, sampai pelaku usaha, bakal mencermati dialektika para pasangan calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres) soal ekonomi hijau. Pasalnya, masalah lingkungan semakin genting tetapi Indonesia perlu menggenjot perekonomiannya.
Sebagai contoh, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menekankan bahwa pemimpin selanjutnya harus siap menuntaskan pekerjaan rumah dalam rangka mengejar target bauran energi terbarukan 23% pada 2025, kemudian 34% pada 2030, dan mendekati net zero pada 2060 atau lebih awal.