Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Jago Tbk. (ARTO) sedang meningkatkan efisiensi operasional dengan melakukan berkolaborasi secara erat dengan mitra ekosistem digital.
Teranyar, perseroan meluncurkan program Jago Digital Academy, sebuah wadah kolaboratif bagi para talenta di bidang teknologi (tech talents) dalam mengakselerasi pengetahuan dan kompetensi digitalnya.
Direktur Utama Bank Jago Arief Harris Tandjung mengatakan hal ini dilakukan karena Bank Jago, lantaran sebagai bank berbasis teknologi, pihaknya membutuhkan banyak talenta digital berkompeten dalam membangun sistem digital.
“Namun, saat membangun teknologi di Bank Jago, kelihatan sekali terjadi mismatch antara kebutuhan dan supply dari talenta yang kompeten dalam membangun sistem digital,” katanya pada Bisnis dalam Media Briefing Peluncuran Jago Digital Academy, Kamis (9/11/2023).
Dengan demikian, Bank Jago pun bermitra strategis dengan Dkatalis Digital Lab, perusahaan digital yang fokus membangun solusi digital untuk mempercepat laju pertumbuhan melalui teknologi.
Lebih lanjut, CEO Dkatalis Kharim Siregar menyebut Jago Digital Academy bisa menjadi salah satu program pendidikan yang dirancang untuk mencetak tech engineer yang kompeten dan siap kerja.
“Tentu efisiensi adalah salah satu tujuan ingin capai. Tapi, tujuannya tidak serta merta itu saja, tapi kita bisa sebanyak-banyaknya mendapatkan talenta yang akan bergabung dengan Bank Jago ini bisa langsung berkontribusi terhadap pekerjaan,” ujarnya.
Kharim menyebut, nantinya melalui Jago Digital Academy, pihaknya memfasilitasi mereka yang ingin memperdalam digital skills untuk mendapatkan in-depth learning modul-modul khusus, mempelajari studi kasus korporasi, hingga mendapatkan bimbingan dari para praktisi berpengalaman.
Hal ini sejalan dengan aspirasnya untuk menjadi katalis, yaitu memiliki andil dalam setiap perubahan melalui solusi digital.
Di sisi lain, Direktur Utama Bank Jago Arief Harris Tandjung mengatakan dengan berpartner bersama mitra ekosistem digital, maka inovasi teknologi akan dapat berjalan dengan optimal.
“Maka banyak sekali inovasi yang mungkin kalau kita lakukan sendiri seperti bank tidak akan keluar. Jadi ini sebenarnya komitmen yang kita desain dari awal sehingga terjadi win-win solution ketika kita memperkuat offering [bank digital] yang ditawarkan beyond konvensional di industri perbankan dengan cara efisien," katanya.
Bahkan, dirinya menyebut biaya operasional yang digelontorkan bank digital sendiri jauh lebih rendah dibanding bank. Pasalnya, bank digital tidak memerlukan foot print distribution.
"Kalau dibilang man power kita punya kontribusi terbesar di [beban] biaya, tapi jangan lupa karena kita tidak ada biaya distribution atau cabangnya, jadi [biaya] dengan sendirinya berkurang banyak,” ujarnya.
Sebagai informasi, sejumlah beban operasional perusahaan memang terpantau masih mencatatkan kenaikan.
Di mana, kontribusi terbesar berada di beban tenaga kerja tang naik 61,6% menjadi Rp328,92 miliar dari sebelumnya Rp203,54 miliar. Sementara beban promosi naik tipis 1,96% menjadi Rp128,53 miliar dan beban lainnya naik 20,77% menjadi Rp476,2 miliar.
Meski begitu, kenaikan beban ini tertahan oleh pendapatan perusahaan. Di mana, kinerja pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) naik 22,91% menjadi Rp1,2 triliun. Tak hanya itu, pendapatan berbasis komisi (fee based income) juga naik dua kali lipat dari Rp8,9 miliar menjadi Rp17,87 miliar.
Alhasil, laba bank digital Bank Jago terdorong menjadi Rp50,29 miliar, meningkat 24% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan laba bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp40,57 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel