Menakar Bisnis Asuransi Jiwa saat Diproyeksi Rebound pada 2024

Bisnis.com,13 Nov 2023, 14:37 WIB
Penulis: Rika Anggraeni
Karyawan memotret logo-logo asuransi jiwa di Jakarta, Minggu (15/10/2023). - Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Bisnis industri asuransi jiwa diramal akan mengalami perbaikan kinerja (rebound) pada 2024 dengan premi yang diperkirakan akan merekah hingga mencapai Rp192,2 triliun.

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) memandang proyeksi rebound premi ini terlihat dari pola asuransi jiwa yang memiliki kecenderungan tumbuh di setiap tahunnya.

“Kami yakin di 2024, kami estimasikan di 2024 pendapatan premi asuransi jiwa akan mengalami rebound. Kami estimasikan sekitar Rp192,2 triliun,” kata Ketua Bidang Produk, Manajemen Risiko, GCG AAJI Fauzi Arfan dalam acara Webinar Insurance Outlook 2024, Selasa (7/11/2023).

Namun di tahun ini, AAJI melihat industri asuransi jiwa masih dihadapi tantangan, salah satunya untuk mengedukasi pasar dan penjual terhadap produk tradisional maupun produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (Paydi) atau lebih dikenal dengan unit-linked.

“Kami yakin di akhir tahun ini masa belajarnya sudah selesai sehingga kami yakin di 2024, masyarakat secara fluent dan lancar menjual produk-produk Paydi maupun tradisional akan terus tumbuh,” ujarnya.

AAJI memproyeksikan pendapatan premi asuransi jiwa masih terkontraksi menjadi Rp183 triliun pada tahun buku 2023, yang salah satu penyebab penurunan premi ini karena adanya Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (SEOJK) Nomor 5 Tahun 2022 tentang Paydi.

Fauzi menuturkan penyesuaian SEOJK ini akan berdampak terhadap shifting penjualan unit-linked lantaran proses penjualan unit-linked mengalami beberapa pengetatan. AAJI pun menyadari sejak adanya SEOJK Paydi membuat bisnis asuransi terutama unit-linked mengalami koreksi.

Di sisi lain, AAJI juga memproyeksi industri asuransi jiwa akan mengalami peningkatan klaim dan manfaat yang cenderung moderat pada 2024 mencapai Rp176 triliun.

Berdasarkan data OJK, sampai dengan September 2023, premi dari portofolio Paydi di asuransi jiwa konvensional mengalami kontraksi hingga menyentuh 29,12% secara tahunan (year-on-year/yoy). Berbeda dengan premi Paydi, regulator mencatat premi dari portofolio asuransi jiwa tradisional di asuransi jiwa konvensional mengalami pertumbuhan 9,26% yoy pada periode yang sama tahun ini.

Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono mengatakan premi pada asuransi jiwa secara umum mengalami penurunan disebabkan oleh turunnya pertumbuhan premi pada lini bisnis Paydi.

Ogi menjelaskan perubahan ekuilibrium bisnis Paydi melalui implementasi aturan terkait Paydi dinilai akan dapat memperkuat struktur dan pondasi perusahaan dalam melakukan bisnis Paydi yang lebih prudent, serta implementasi tata kelola yang lebih baik.

“Kami terus mendorong pelaku usaha untuk terus melakukan penetrasi seiring dengan pemulihan kondisi perekonomian dengan terus memperhatikan risiko dengan baik dan meningkatkan kualitas layanan kepada pemegang polis,” kata Ogi dalam jawaban tertulis, dikutip Minggu (12/11/2023).

Yakin Tumbuh

Sejumlah pemain industri asuransi jiwa ikut mengamini peningkatan premi yang diramal AAJI akan terjadi pada tahun depan. PT Asuransi Allianz Life Indonesia (Allianz Life Indonesia) melihat tren minat masyarakat terhadap produk asuransi jiwa tradisional mengalami pertumbuhan yang baik hingga saat ini.

Meski demikian, Allianz Life juga melihat kebutuhan akan asuransi jiwa unit-linked juga masih tinggi karena menjawab kebutuhan akan produk yang manfaat perlindungannya lebih lengkap dan fleksibel untuk nasabah.

Sampai kuartal III/2023, Direktur & CFO Allianz Life Indonesia Edwin Prayitno mengatakan produk asuransi jiwa unit-linked Allianz Life Indonesia memberikan kontribusi sebesar 69% dari keseluruhan GWP perusahaan.

Edwin menuturkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang bergerak positif menjadi sebuah acuan peluang yang baik untuk memproyeksikan pertumbuhan bisnis perusahaan yang tetap terjaga di tahun yang akan datang.

“Meskipun perkembangan ekonomi saat ini positif, namun kami tetap memonitor dan memitigasi kemungkinan terjadi perubahan ke depannya,” kata Edwin kepada Bisnis, Minggu (12/11/2023).

Edwin menyampaikan Allianz Life menerapkan beberapa langkah strategis dengan menyediakan produk dan layanan yang sesuai kebutuhan nasabah, memaksimalkan ekosistem digital untuk meningkatkan kepuasan nasabah dan mitra bisnis, serta mengembangkan infrastruktur teknologi informasi yang kuat untuk mendukung proses bisnis.

“Dengan menerapkan strategi yang tepat, kami optimis hasil yang positif akan terproyeksi pada pencapaian bisnis yang semakin kuat,” ungkapnya.

Sementara itu, PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia (Generali Indonesia) juga optimistis premi, baik di industri maupun Generali, akan mengalami pertumbuhan. Chief Marketing Officer Generali Indonesia Vivin Arbianti Gautama mengatakan optimistis itu sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan yang diprediksi akan naik.

Vivin juga melihat adanya upaya peningkatan literasi yang terus digencarkan berbagai pihak, baik dari regulator maupun pelaku bisnis asuransi. “Setelah melewati masa pandemi, awareness masyarakat terhadap risiko kehidupan termasuk kesehatan tentunya meningkat, dan ini akan menjadi snowball effect pada tumbuhnya demand dan interest masyarakat asuransi jiwa dan kesehatan,” ujar Vivin kepada Bisnis.

Di tengah optimistis, Generali melihat masih adanya tantangan yang akan dihadapi oleh asuransi jiwa, terutama dari tingkat literasi atau edukasi masyarakat terkait dengan produk-produk perlindungan asuransi, baik produk tradisional maupun unit-linked.

“Selain itu, tahun depan kami berpotensi untuk menghadapi hardening market yang disebabkan oleh inflasi kesehatan yang tinggi, di mana nilai pertanggungan mengalami peningkatan dan menyebabkan proteksi harga premi naik,” ungkapnya.

Hingga September 2023, Vivin mengatakan premi Generali Indonesia masih bertumbuh secara masih positif dibandingkan pencapaian pada periode yang sama di tahun sebelumnya.

Untuk perolehan premi baru pada kuartal III/2023 terdapat kecenderungan nasabah yang lebih memilih produk tradisional dibandingkan dengan produk unit-linked. Namun, Generali percaya baik produk Paydi maupun tradisional memiliki segmen tersendiri karena kebutuhan dan tujuan finansial nasabah yang berbeda-beda.

Sedangkan PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life) menyatakan akan fokus kepada produk tradisional yang berbasis proteksi. Namun, Head of Corporate Secretary IFG Life Gatot Haryadi mengatakan perusahaan juga tetap memasarkan produk Paydi karena produk tersebut memiliki pangsa pasar tersendiri.

Tercatat, hingga kuartal III/2023, pendapatan premi IFG Life sebesar Rp389,5 miliar yang sebagian besar didominasi oleh produk tradisional. Adapun saat ini perusahaan tengah menyusun rencana bisnis dan memproyeksikan pendapatan premi akan tumbuh di tahun depan.

“Saat ini kami sedang menyusun rencana bisnis untuk tahun 2024 dan untuk pendapatan premi diproyeksikan akan meningkat dibandingkan tahun 2023,” kata Gatot kepada Bisnis.

Lebih lanjut, Gatot melihat yang masih menjadi tantangan bagi IFG Life di industri ini adalah rendahnya literasi keuangan di Indonesia dan masyarakat masih mempunyai pemahaman bahwa asuransi selalu dikaitkan dengan investasi. “Padahal, marwah dari asuransi adalah proteksi,” tandas Gatot.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini