Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan harga saham kerap dilihat sebagai respons publik terhadap suatu perusahaan atau isu yang menimpanya, termasuk bagi perusahaan konsumer raksasa Unilever, sedang menjadi salah satu sasaran boikot produk Israel.
Seruan boikot Israel atau boikot produk-produk yang diduga terafiliasi atau memberikan dukungan terhadap Israel mengemuka secara global. Seruan itu pun menggema di Indonesia, karena sejumlah perusahaan diduga berdiri bersama kubu Israel dalam perang dengan Hamas.
Sebut saja McDonald's, restoran cepat saji (fast food) yang membagikan paket makanan gratis kepada The Israel Defence Forces (IDF) atau tentara Israel, juga Starbucks yang pernah menggugat serikat pekerjanya yaitu Starbucks Workers United karena menyatakan solidaritas terhadap warga Palestina. Kedua perusahaan itu masuk dalam daftar produk terkait Israel yang diboikot.