Blak-blakan IMF, Ini Untung Rugi Mata Uang Digital (CBDC)

Bisnis.com,16 Nov 2023, 19:15 WIB
Penulis: Maria Elena
Logo The International Monetary Fund (IMF)./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memaparkan sejumlah dampak positif dan risiko dari central bank digital currency (CBDC) atau mata uang digital bank sentral.

Dikutip dari laporan Central Bank Digital Currency Virtual Handbook, IMF menilai otoritas atau pembuat kebijakan perlu menetapkan tujuan kebijakan dan ukuran keberhasilan CBDC secara jelas. Pasalnya, pengkajian dan pengembangan mata uang digital membutuhkan keputusan yang kompleks dalam lingkungan digital yang berubah dengan cepat.

Dalam hal ini, risiko dari CBDC harus diidentifikasi dan dikuantifikasi sebanyak mungkin, juga disertai dengan strategi untuk mengatasinya.

“Otoritas  harus melakukan penilaian yang cermat terhadap kapasitas mereka untuk menguji, mengatur, mengawasi, dan menerapkan CBDC,” tulis IMF dalam laporan tersebut, dikutip Kamis (16/11/2023).

IMF menilai komunikasi mengenai mata uang digital CBDC sangat penting oleh otoritas dan strategi untuk melibatkan para pemangku kepentingan harus dibangun sejak awal.

Negara pun harus memiliki dasar hukum yang kuat dan pondasi peraturan yang kuat dalam mendukung pengembangan CBDC sejak awal.

Dalam laporan tersebut, IMF menyoroti beberapa dampak dari pengembangan mata uang digital. Perubahan lingkungan makro ekonomi yang disebabkan oleh CBDC diperkirakan bisa memperkuat saluran transmisi kebijakan moneter jika CBDC dirancang dengan tepat.

Pada tingkat kepemilikan CBDC yang moderat, efek terhadap transmisi kebijakan moneter diperkirakan relatif kecil pada masa normal. 

Namun, efek tersebut dapat menjadi lebih signifikan dalam lingkungan dengan suku bunga rendah atau tekanan pasar keuangan dimana nilai CBDC meningkat.

Dampak lainnya, karena CBDC dianggap lebih aman dan efisien, maka akan ada potensi terjadinya persaingan dana atau deposito di perbankan. Besarnya dampak ini akan tergantung pada sejauh mana CBDC bisa menjadi substitusi yang menarik dibandingkan deposito. 

Dengan kondisi ini, perbankan akan menaikkan suku bunga deposito dan cost of fund perbankan menjadi naik. Akibatnya, keuntungan bank akan menurun sampai pada tingkat dimana biaya yang lebih tinggi tidak dapat sepenuhnya dialihkan ke tingkat suku bunga pinjaman yang lebih tinggi. Pembatasan kepemilikan individu menurut IMF akan membatasi peralihan dari deposito ke CBDC.

Di sisi lain, meski bukan merupakan solusi, IMF menilai CBDC bisa memberikan peluang untuk meningkatkan inklusi keuangan dan memperluas akses terhadap layanan keuangan bagi mereka yang tidak memiliki rekening bank.

CBDC pun dapat mendorong penggunaan mata uang lokal yang lebih besar dengan menjadikannya alat pembayaran yang lebih menarik. Meski demikian, CBDC diperkrakan tidak akan mengatasi masalah yang lebih dalam yang mendorong substitusi mata uang yang terkait dengan kerangka kerja kebijakan moneter suatu negara dan kredibilitas bank sentral.

Literasi Keuangan 

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan bahwa yang perlu menjadi perhatian utama bank sentral adalah bagaimana literasi masyarakat dan kebutuhan dari masyarakat terhadap mata uang digital itu sendiri.

Menurutnya, bank sentral perlu melakukan kajian lebih dalam, terutama jika tingkat literasi masyarakat masih rendah dan belum ada urgency penggunaan CBDC secara luas di masyarakat.

“Oleh sebab itu, BI perlu melakukan kajian dan studi banding lagi lebih jauh sembari mengikuti perkembangan dan implementasi CBDC di negara lain,” katanya kepada Bisnis.

Terkait risiko perpindahan dana dari deposito ke CBDC yang dikaji IMF, Josua mengatakan bahwa ada potensi Rupiah Digital yang diterbitkan BI tidak menawarkan remunerasi kepada pemegangnya, sesuai dengan white paper CBDC yang dirilis oleh Bank Indonesia.

Dengan demikian, risiko beralihnya penempatan dana masyarakat dari deposito ke CBDC diperkirakan cenderung terbatas. 

“Sekalipun CBDC menawarkan fitur seperti keamanan dan efisiensi yang lebih tinggi, tapi dalam kajian CBDC yang dilakukan oleh BI yakni dengan tidak menawarkan remunerasi karena CBDC/Rupiah Digital pada pada dasarnya adalah mata uang rupiah yang terbaca oleh bahasa kripto,” jelas Josua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini