Bisnis.com, JAKARTA — Sederet bank masih ramai menjalankan aksi penambahan modal baik melalui rights issue atau private placement akhir tahun ini.
Di antara bank yang siap menggelar penambahan modal adalah PT Bank MNC Internasional Tbk. (BABP) milik konglomerat Hary Tanoesoedibjo dan PT Bank Mayapada Internasional Tbk. (MAYA) milik konglomerat Dato Sri Tahir.
Pada akhir tahun lalu, aksi tambah modal baik melalui rights issue dan private placement bank memang ramai didorong oleh upaya pemenuhan ketentuan modal inti minimum Rp3 triliun dengan batas waktu akhir Desember 2022. Namun, tahun ini pun aksi tambah modal bank tak kalah semarak.
Terbaru, PT Bank Maspion Indonesia Tbk. (BMAS) telah menggelar penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) III atau right issue sebanyak 9,48 miliar lembar saham. Periode perdagangan rights issue yakni pada awal bulan ini atau 3 November 2023 hingga 9 November 2023.
Dalam aksi korporasi itu, pemilik Bank Maspion yakni Kasikorn Bank atau KBank telah ambil bagian. Mengacu keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), KBank menjalankan transaksi pengambilan bagian saham di rights issue BMAS sebanyak 6,41 miliar lembar pada 9 November 2023.
Masing-masing transaksi pengambilan bagian saham rights issue itu dilakukan melalui Kasikorn Vision Financial Company Pte. Ltd (KVF) 6,23 miliar lembar saham dan PT Kasikorn Vision Financial Indonesia (KVFI) 181,02 juta lembar saham.
"Tujuan transaksi adalah pengambilan bagian atas saham baru dalam PMHMETD III dari BMAS," tulis Head of Corporate Secretary Bank Maspion Iwan Djayawasita dalam keterbukaan informasi pada beberapa waktu lalu.
Kemudian, PT Bank BTPN Tbk. (BTPN) berencana untuk menggelar rights issue sebanyak 3,09 miliar lembar saham. Manajemen BTPN menjelaskan bahwa dalam menjalankan rencana rights issue tersebut, BTPN akan terlebih dahulu meminta persetujuan dari pemegang saham di rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang rencananya digelar pada 7 Desember 2023.
Adapun, tujuan dari pelaksanaan rights issue adalah untuk menjalankan rencana pembiayaan proyek perseroan.
"Dengan adanya peningkatan modal melalui PMHMETD II, perseroan akan memiliki tambahan pendanaan untuk menjalankan rencana pembiayaan proyek perseroan yang akan datang," kata Corporate Secretary BTPN Eneng Yulie Andriani.
Sebelumnya, Bank MNC juga berencana menggelar right issue sebesar 13,5 miliar saham pada Desember 2023. Manajemen Bank MNC menjelaskan seluruh dana yang diperoleh dari rights issue, setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi, akan seluruhnya digunakan untuk pemberian kredit dengan tetap memperhatikan ketentuan kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM).
Bank Mayapada juga akan menggelar right issue sebanyak-banyaknya 26,74 miliar lembar saham. Gelaran right issue tersebut dijadwalkan efektif pada akhir November 2023.
Berdasarkan keterbukaan informasi, Bank Mayapada menggelar right issue ini guna memperkuat struktur permodalannya. Dengan modal yang tebal, Bank Mayapada dinilai dapat menambah kemampuannya untuk meningkatkan kegiatan usaha, kinerja, serta daya saing di industri.
"Seluruh dana yang diperoleh dari PMHMETD XIV, setelah dikurangi biaya emisi akan digunakan seluruhnya untuk untuk memperkuat struktur permodalan sebagai komponen modal inti dan modal kerja dalam rangka pengembangan usaha terutama dalam pemberian kredit," tulis Manajemen MAYA dalam keterbukaan informasi beberapa waktu lalu.
Pada awal tahun ini, PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk. (BEKS) telah melampirkan rencana bisnis bank yang akan melanjutkan proses penawaran umum terbatas VIII pada kuartal III/2023.
"Bank akan melanjutkan Penawaran Umum Terbatas VIII pada triwulan III Tahun 2023 dengan target sebesar Rp600 miliar sampai dengan Rp1,5 triliun," jelas manajemen BEKS, dalam laporannya pada April lalu (2/4/2023). Namun, Bank Banten belum juga merilis progres rencana right issue tersebut hingga saat ini.
Selain rights issue, terdapat bank yang menjalankan aksi penambahan modal dengan skema private placement, yakni PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA). Aksi private placement ini direncanakan sebanyak-banyaknya 10,59 juta saham dengan nilai nominal sebesar Rp50 per saham.
Tujuan dari private placement BNGA adalah untuk memenuhi aturan free float saham 7,5%. Namun, Direktur Compliance Corporate Affairs & Legal CIMB Niaga Fransiska Oei mengatakan pihaknya saat ini memang masih dalam proses RUPSLB ketiga untuk mendapatkan persetujuan private placement.
"Kita lagi dalam proses. Nah, kan sekarang akan ada lagi RUPSLB ketiga untuk memenuhi kuorum," ujarnya saat ditemui Bisnis di Jakarta, pada pekan lalu (8/11/2023).
RUPSLB BNGA sendiri telah dilakukan sebanyak dua kali. Namun, keduanya juga belum memenuhi kuorum.
Prospek Right Issue & Private Placement Bank
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan bahwa sejumlah bank masih perlu menjalankan aksi korporasi seperti right issue dan private placement untuk menambah basis modal mereka. Outlook dari rights issue dan private placement tahun ini pun bagus untuk bank.
Adapun, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan penambahan modal melalui rights issue dan private placement mampu menjaga likuiditas, risiko kredit macet (nonperforming loan/NPL), hingga mampu meningkatkan aset yang produktif dan berkualitas.
"Penambahan modal juga bisa dilakukan sebagai upaya persiapan menjaga risiko untuk antisipasi kondisi ekonomi yang tidak stabil tahun ini," katanya kepada Bisnis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel