BI Rate Tembus 6% Tak Usik Kontribusi Asuransi Properti pada 2023

Bisnis.com,17 Nov 2023, 11:13 WIB
Penulis: Rika Anggraeni
Karyawan beraktivitas di dekat logo-logo perusahaan asuransi di kantor Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) di Jakarta, Rabu (5/1/2021). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA — Bisnis asuransi properti diramal masih menjadi kontributor tiga besar hingga akhir tahun di industri asuransi umum, meski bank sentral mengerek suku bunga acuan BI-7 days reverse repo rate alias BI rate ke level 6%.

Pasalnya, kenaikan BI rate ini membuat bunga kredit rumah akan menanjak yang berpengaruh pada bertambahnya cicilan KPR.

Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) menyebut kenaikan BI rate akan mempengaruhi harga properti dan pembiayaan. Kendati demikian, Direktur Eksekutif AAUI Bern Dwiyanto mengatakan hal ini tidak akan berdampak pada pendapatan premi properti.

“Dikarenakan eksisting pertanggungan yang berjalan saat ini itu biasanya lebih dari 1 tahun atau lebih dan itu masih banyak yang on going. Untuk penyesuaian harga premi imbas dari kenaikan BI rate juga kecil kemungkinannya dikarenakan di properti sudah ada standar tarifnya,” ujar Bern kepada Bisnis, dikutip Jumat (17/11/2023).

Bern menyebut kenaikan klaim belum begitu terlihat sejauh ini. Namun walaupun ada, lanjut dia, peningkatan klaim baru akan lebih terlihat pada kuartal IV/2023 dan tahun depan.

“Yang kelihatannya akan terjadi adalah perlambatan di lini bisnis asuransi properti ini,” imbuhnya.

Bern melihat perekonomian Indonesia masih memiliki tren yang bertumbuh. Sebab, dia menjelaskan bahwa semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, maka pendapatan per kapita juga meningkat dan membutuhkan perlindungan asuransi.

“Sampai dengan akhir tahun ini dan awal tahun depan, pertumbuhan industri asuransi umum diharapkan masih terjaga,” sambungnya.

Bern menyampaikan beberapa faktor yang mendukung pertumbuhan di antaranya tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih bisa mencapai sekitar 5% serta kepercayaan terhadap industri asuransi yang sudah mulai membaik.

“Digitalisasi produk asuransi, seperti asuransi Perjalanan di insurtech turut menumbuhkan potensi yang ada,” ungkapnya.

Dihubungi terpisah, Dosen/Praktisi Manajemen Risiko, dan Ketua Umum Komunitas Penulis Asuransi Indonesia (Kupasi) Wahyudin Rahman mengatakan kenaikan BI rate membuat banyak masyarakat menunda pembelian rumah melalui kredit. Imbasnya, akan terjadi penurunan pembelian atau penggunaan asuransi properti dari bank.

Selain itu, Wahyudin menilai suku bunga acuan juga berdampak pada pendapatan investasi dari perusahaan asuransi. “Cash flow perusahaan asuransi akan meningkat karena diinvestasikan di beberapa investment aset, seperti obligasi maupun deposito,” kata Wahyudin.

Lebih lanjut, Wahyudin mengungkapkan imbas terjadinya penurunan daya beli asuransi properti, maka akan memicu penurunan pendapatan perusahaan asuransi. Namun, premi asuransi properti biasanya sudah menggunakan tarif bawah yang sudah diatur OJK.

“Jadi, kemungkinan besar tidak ada turun tarifnya mungkin hanya sebatas gimmick lain, seperti pemberian diskon untuk tertanggung atau pembeli rumah dari fee base bank,” ungkapnya.

Hal ini juga terjadi dinamika karena pendapatan investasi naik dari instrumen aset walaupun pasar sedang turun.

Adapun, Wahyudin memproyeksi premi asuransi properti masih menjadi 3 kontributor terbesar di asuransi umum hingga akhir tahun, meski pada semester I/2023 sempat mengalami kontraksi 16,1% yoy.

“Karena penurunan tidak signifikan dan diprediksi penurunan tidak sampai 2% secara yoy. Hal ini juga sebenarnya didukung pembeli rumah dari kalangan muda, terutama milenial, karena mereka senang dengan tenor panjang dan program menarik lainnya yang diberikan bank,” pungkasnya.

Dari sisi pemain, Direktur Utama PT Asuransi Wahana Tata (Aswata) Christian Wanandi mengatakan premi asuransi properti atas kenaikan suku bunga acuan berdampak kecil untuk bisnis KPR. Menurutnya, asuransi properti masih memiliki prospek yang cukup bagus meski melambat lantaran dipicu laju pertumbuhan ekonomi.

Per Oktober 2023, Aswata mencatat premi properti perusahaan tumbuh 7% dan klaim mengalami sedikit peningkatan.

“Kami proyeksi premi properti tumbuh 12% sampai akhir tahun dan menjadi kontributor tiga besar [perusahaan],” ujar Christian.

Senada, Presiden Direktur PT Asuransi Bintang Tbk. (ASBI) HSM Widodo mengatakan bahwa kenaikan BI rate tidak berdampak signifikan pada asuransi properti.

Widodo menyebut kontraksi properti di Asuransi Bintang saat ini terjadi karena adanya perbaikan portofolio untuk persiapan masuk ke PSAK 74.

“Impact ke properti mungkin tidak akan banyak dalam jangka pendek karena kredit yang ada masih akan tetap diasuransikan,” ujarnya.

Sebelumnya, AAUI mencatat pada pertengahan 2023, premi asuransi properti mengalami kontraksi sebesar 16,1% yoy. Jika melihat pada periode sebelumnya di tahun 2022, perolehan premi dari asuransi properti Rp14,9 triliun, di tahun ini perolehan premi pada periode yang sama hanya mencatatkan Rp12,5 triliun.

Jika melihat dari data yang diperoleh dari Bank Indonesia turut mempengaruhi terkontraksinya lini bisnis ini adalah harga properti residensial yang meningkat sehingga mengakibatkan turunnya penjualan properti residensial pada semester I/2023 sebesar 12,30%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini