Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom mengungkap masa depan bisnis industri financial technology peer-to-peer (fintech P2P) lending atau pinjaman online alias pinjol yang diproyeksikan masih akan terus bertumbuh.
Direktur Ekonomi Digital dan Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan bahwa saat ini pinjol memiliki pangsa pasar yang sangat besar. Pasalnya, industri pinjol menyasar masyarakat unbanked dan underbanked.
Huda menyebut jumlah pemain fintech P2P lending bisa lebih dari 50% dari penduduk usia dewasa Indonesia. Terlebih, lanjut Huda, usia muda yang membutuhkan pembiayaan namun belum bisa terlayani oleh perbankan.
“Pinjol menjadi pilihan alternatif tertinggi. Begitu juga dengan tahun depan dan akhir tahun ini dengan begitu tingginya konsumsi, saya rasa masih sangat bisa tumbuh pinjol ini,” kata Huda kepada Bisnis, Kamis (16/11/2023).
Lebih lanjut, Huda mengungkapkan bahwa dominasi pinjol yang bermain di sektor konsumtif akan masih berlanjut hingga beberapa tahun ke depan dan pemain yang dominan adalah yang memiliki ekosistem digital.
Di tengah masa depan industri fintech P2P lending yang bertumbuh, Huda mengungkap ada tantangan ke depan yang masih menyelimuti industri ini. Salah satunya berkaitan dengan kualitas penyaluran kredit.
“Saya melihat semakin mudah proses, semakin besar pula potensi gagal bayar. Ekosistem digital menjadi salah satu yang penting dalam penilaian kredit, namun peran dari data historis keuangan juga harus diperhatikan. Minimal jadi data pembanding,” ungkapnya.
Jika melihat Roadmap Pengembangan dan Penguatan Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI) 2023–2028, OJK mencatat terdapat 10 pemain fintech P2P lending dengan penyaluran pinjaman tertinggi periode Agustus 2023, di antaranya Lentera Dana Nusantara melalui SPinjam Shopee menjadi penyalur pinjol tertinggi pada periode itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel