BCA hingga Bank Mandiri Rilis Paylater, Bisnis Kartu Kredit Terancam?

Bisnis.com,18 Nov 2023, 16:50 WIB
Penulis: Fahmi Ahmad Burhan
Ilustrasi kartu kredit BCA dengan jenis BCA Everyday Card. Dok. Point Geek.

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah bank seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) kini berduyun-duyun mengembangkan layanan buy now pay later atau paylater mengikuti pemain-pemain teknologi finansial (finteh) seperti Gopay.

Lantas, bagaimana nasib transaksi kartu kredit yang penggunaannya mirip dengan paylater?

Berdasarkan statistik sistem pembayaran dan infrastruktur pasar keuangan (SPIP) Bank Indonesia (BI) yang dirilis pada Jumat (17/11/2023), nilai transaksi kartu kredit pada September 2023 mencapai Rp33,39 triliun. Angkanya turun 2,85% secara bulanan (Month-on-Month/MoM). Meskipun, secara tahunan (year on year/yoy), nilai transaksi kartu kredit naik 20,02%.

Sementara, jumlah transaksi kartu kredit mencapai 33,36 juta pada September 2023, turun dibandingkan bulan sebelumnya sebanyak 33,87 juta transaksi. Namun, jumlah transaksi kartu kredit pada September 2023 tetap naik 16,56% yoy.

Pengamat perbankan dari Binus University Doddy Ariefianto menuturkan bahwa bisnis kartu kredit masih potensial bagi perbankan. Di tengah meningkatnya perekonomian Indonesia, penerbit kartu kredit berlomba menjalankan strategi mengikuti kebutuhan nasabah. 

Dengan melakukan pengelompokan berdasarkan limit kartu, setiap segmen nasabah akan menikmati layanan yang dekat dengan kebutuhan gaya hidupnya.

“Ada simbiosis mutualisme karena perbankan menawarkan solusi yang mempermudah masyarakat memenuhi kebutuhannya dan perbankan menyalurkan kredit konsumer,” ujar dia pada beberapa waktu lalu. 

Kartu kredit juga dinilai telah menjadi alat pembayaran yang semakin penting. Ragam fasilitas telah dilekatkan oleh perbankan untuk para nasabah yang memiliki alat pembayaran kartu ini. Harga spesial untuk produk perjalanan, potongan harga barang rumah tangga, hingga fasilitas cicilan dengan bunga 0% untuk produk tertentu tersedia saat menggunakan kartu kredit melakukan pembayaran. 

Akan tetapi, bisnis kartu kredit harus menghadapi persaingan dari bisnis paylater. Bahkan, perbankan pun kian gencar meluncurkan produk paylater di platform digitalnya.

PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) misalnya bakal meluncurkan fitur paylater di aplikasi OCTO Mobile pada April 2024. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) juga berencana meluncurkan fitur paylater di aplikasi BNI Mobile Banking pada awal 2024.

BCA sudah terlebih dahulu meluncurkan layanan paylater bernama Paylater BCA di platform digitalnya. Mengutip dari laman resmi BCA, Paylater BCA merupakan fasilitas kredit yang dapat digunakan sebagai alternatif pembayaran melalui scan QRIS di aplikasi myBCA dan dapat langsung digunakan setelah pengajuan disetujui.

Adapun, Bank Mandiri sedang mengembangkan produk paylater yakni Livin’ Paylater. Bank Mandiri menargetkan peluncuran produk paylater pada bulan ini.

Dalam penggunaannya, produk paylater dari Bank Mandiri tidak hanya menjadi sumber dana pembayaran di QRIS, tapi sebagai sumber dana pembayaran bagi nasabah BMRI ketika berbelanja di e-commerce.

Bank lainnya telah terlebih dahulu mengembangkan produk paylater seperti PT Bank DBS Indonesia dan PT Allobank Indonesia Tbk. (BBHI).

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan cepat atau lambat paylater bisa menjadi ancaman bagi kartu kredit.

“Tentu sebagian pasar kartu kredit dapat beralih ke paylater karena lebih praktis dan juga menawarkan promo-promo yang menarik pelanggan,” katanya.

Menurutnya, meski saat ini keputusan disesuaikan pada kondisi masing-masing bank, mulai dari pangsa pasar, jangkauan layanan dan hal-hal prioritas yang ingin dicapai. Namun, perbankan juga harus peka atas tren perubahan ini.

“Yang perlu dilakukan bank adalah memahami kebutuhan nasabah dan menawarkan produk dgn promo yg kompetitif demikian juga dari sisi biaya dan promo juga harus kompetitif,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Leo Dwi Jatmiko
Terkini