Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) pekan ini.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan bahwa keputusan tersebut akan mempertimbangkan perkembangan defisit neraca transaksi berjalan dan neraca finansial yang membaik pada kuartal III/2023.
“Dengan mempertimbangkan pemangkasan defisit transaksi berjalan pada kuartal III/2023 dan penurunan defisit neraca transaksi finansial, kami memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga di level 6,00% pada RDG BI berikutnya,” katanya kepada Bisnis, Selasa (21/11/2023).
Josua menjelaskan defisit yang lebih rendah berpotensi memberikan indikasi volatilitas nilai tukar rupiah yang cenderung menurun.
Selain itu, karena arus masuk asing setelah indikator ekonomi Amerika Serikat membaik, rupiah cenderung terapresiasi dalam 2 minggu terakhir.
Sebagaimana diketahui, neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III/2023 mencatatkan defisit sebesar US$1,46 miliar dibandingkan dengan defisit sebesar US$7,37 miliar pada kuartal sebelumnya.
Jika dirincikan, transaksi berjalan Indonesia mengalami defisit sebesar US$0,86 miliar atau setara dengan -0,25% dari PDB, membaik dibandingkan dengan defisit sebesar USD$2,21 miliar atau setara dengan -0,61% dari PDB pada kuartal sebelumnya.
Berdasarkan komponennya, Josua mengatakan neraca barang mencatatkan surplus sebesar US$10,27 miliar, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal II/2023 yang mencatat surplus sebesar US$10,13 miliar.
“Kinerja neraca barang yang solid pada kuartal III/2023 didorong oleh membaiknya ekspor nonmigas yang dibarengi dengan penurunan impor nonmigas,” katanya.
Sementara itu, neraca jasa mencatatkan defisit sebesar US$4,1 miliar dari kuartal sebelumnya defisit sebesar US$4,73 miliar. Penurunan defisit neraca jasa ini didorong oleh meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia.
Lebih lanjut, pendapatan primer mengalami penurunan karena penurunan pendapatan dari investasi langsung di Indonesia. Defisit untuk pendapatan investasi langsung turun menjadi US$4,65 miliar dari kuartal sebelumnya US$5,70 miliar.
Di samping itu, Josua mengatakan bahwa defisit transaksi finansial menurun pada kuartal III/2023 karena investasi lainnya tercatat surplus.
Kedua komponen utama neraca transaksi finansial, di mana defisit pada investasi portofolio cenderung melebar dan surplus investasi langsung mengalami penurunan pada kuartal III/2023, tapi neraca investasi lainnya mencatatkan surplus.
Defisit investasi portofolio melebar menjadi US$3,13 miliar dari defisit US$2,63 miliar pada kuartal II/2023, seiring dengan berlanjutnya arus keluar modal asing dari pasar keuangan domestik akibat sentimen The Fed.
Surplus investasi langsung juga tercatat turun menjadi US$2,77 miliar dari US$3,98 miliar pada kuartal sebelumnya karena investor asing cenderung wait and see menjelang pemilihan presiden.
“Berbeda dengan komponen-komponen tersebut, investasi lainnya mencatat surplus sebesar US$0,12 juta, terutama karena perusahaan swasta menarik pinjaman luar negeri pada kuartal III/2023,” jelas Josua.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel