Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) memproyeksikan pangsa pasar bank syariah RI bisa tumbuh 8% pada 2024.
Chief Economist BSI Banjaran Surya Indrastomo menyorot bahwa diperlukan langkah-langkah percepatan seperti konversi perbankan konvensional.
Sikap optimisnya pun bukan tanpa alasan, di mana dalam 3-4 tahun ke belakang pangsa pasar perbankan syariah memang bisa tembus 7,3%. Maka, dari itu Banjaran melihat angka 8% dapat dicapai tahun depan.
Berdasarkan laporan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) OJK, dari sisi nilai total aset perbankan syariah sampai dengan Juni 2023 sebesar Rp801,68 triliun, naik dibandingkan dengan posisi Juni 2022 sebesar Rp703,55 triliun.
Jika diukur secara persentase, aset perbankan syariah dibandingkan dengan total industri pada Juni 2023 tercatat tumbuh 7,63%, naik dari yang sebelumnya 7,14% pada Juni 2022.
Sementara, apabila dilihat secara bulanan pangsa pasar aset bank syariah pun terlihat stagnan. Terbukti, pada 7,35 persen pada Januari, lalu bergerak 7,4% pada Februari, dilanjutkan menjadi 7,6% pada Maret, kemudian 7,58% pada April, hingga besaran aset syariah menyentuh 7,59% pada Mei 2023.
Bahkan, jika ditarik sejak 2020, pangsa pasar syariah hanya menyentuh 6,76%. Angka ini kian menanjak, di mana pada 2021 mencapai 7%.
“Perlu alternatif percepatan, seperti akselerasi konversi BPD menjadi bank syariah yang diyakini dapat memperkuat ekosistem keuangan syariah. Kalau memang itu terjadi di berbagai tempat, saya yakin 8% itu cepat [tercapai],” ujarnya pada awak media, pekan lalu (17/11/2023).
Justru, dia menyebut target sebenarnya adalah bagaimana mencapai tingkat penetrasi keuangan syariah di Tanah Air hingga ke level 24% hingga 40%, atau setara dengan tingkat penetrasi keuangan syariah di negara-negara seperti Uni Emirat Arab (UAE) atau Malaysia.
Banjaran menuturkan diperlukan untuk mengawal perbankan syariah agar tidak hanya bergerak di sektor individual.
“Kunci utama sebetulnya bagaimana kita bisa mengawal [kesan] kalau syariah itu enggak kolot dan terkesan eksklusif. Bahwa syariah ini bisa inklusif dan bisa business relevant,” katanya.
Baginya, ini penting karena dalam industri perbankan saat ini sebagian besar perputaran uang terjadi di sektor usaha.
Di sisi lain, Direktur Utama BSI Hery Gunardi menyebut BSI terus mendorong pertumbuhan dana murah terutama Tabungan Bisnis yang menjadi salah satu engine dengan pertumbuhan 134,41% dan memiliki tren meningkat.
Adapun dari segmen pembiayaan, penyaluran pembiayaan tercatat tumbuh positif, dengan kualitas yang sehat dan terjaga. Hingga September 2023, BSI telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp232 triliun, bertumbuh 15,94% year on year.
Pembiayaan didominasi oleh segmen konsumer sebesar Rp117,92 triliun, korporasi sebesar Rp54,39 triliun, mikro sebesar Rp21,45 triliun, SME Rp18,62 triliun dan komersial Rp11,86 triliun.
"Perseroan berkomitmen menyalurkan pembiayaan yang sehat dan sustain serta memiliki kualitas baik," katanya.
Beberapa strategi secara konsisten dilakukan di antaranya fokus pada pembiayaan yang sehat dan orientasi jangka panjang, akselerasi business process dan disiplin dalam monitoring kualitas pembiayaan.
Direktur Finance & Strategy BSI Ade Cahyo Nugroho menuturkan hingga saat ini, market share pembiayaan BSI tumbuh 3,26% dibandingkan kuartal III/2022.
“Hal ini merupakan sinyal positif seiring dengan peningkatan market share industri perbankan syariah di Indonesia yang mengalami peningkatan sebesar 7%,” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel