Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom memproyeksikan Bank Indonesia (BI) akan menahan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG), Kamis (23/11/2023).
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David E Sumual menyampaikan suku bunga tersebut perlu untuk ditahan setelah sebelumnya naik dari 5,75%.
Meski demikian, David melihat masih ada peluang BI untuk menaikkan suku bunga di tengah situasi global, utamanya inflasi AS yang masih membuka kemungkinan untuk The Fed semakin memperketat kebijakannya.
“Tetap prediksinya [6%]. Ke depan, masih ada ruang untuk naik lagi terutama tergantung perkembangan eksternal, terutama fed fund rate,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (22/11/2023).
Pasalnya, inflasi AS masih menjadi permasalahan bagi Ketua The Fed Jerome Powell dan membuat dirinya lebih hati-hati dalam mengambil kebijakan suku bunga.
Para pejabat The Fed pun mengaku tidak mungkin menaikkan suku bunga lebih lanjut, namun inflasi tetap jauh di atas target 2% bank sentral.
Per Oktober 2023, meski inflasi AS telah turun ke level 3,2% year-on-year (yoy) dari September 2023 yang sebesar 3,7% (yoy), masih tercatat jauh di atas ekspektasi.
"Inflasi telah membuat kita sedikit bingung. Jika memang perlu untuk memperketat kebijakan lebih lanjut, kami tidak akan ragu-ragu untuk melakukannya. Kami akan terus bergerak dengan hati-hati,” ujar Powell, dikutip dari Reuters, Selasa (21/11/2023).
Sementara itu, mengacu konsensus ekonomi Bloomberg, mayoritas ekonom satu suara bahwa BI akan menahan suku bunga acuan di level 6% pada hasil RDG yang akan diumumkan Perry Warjiyo pada esok hari pukul 14.00 WIB.
Di samping itu, sebanyak 5 dari 31 ekonom yang menyuarakan proyeksinya, berpendapat suku bunga acuan akan naik 25 bps menjadi 6,25%.
Pada bulan lalu, seiring dengan stance The Fed yang diperkirakan mengerek suku bunga acuan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia menyepakati kenaikan BI7DRR sebesar 25 bps menjadi 6,00%.
Keputusan tersebut terjadi setelah Gubernur BI Perry Warjiyo menahan suku bunga acuan di level 5,75% sejak Januari 2023.
Adapun, kenaikan ini dimaksudkan untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak meningkat tingginya ketidakpastian global serta sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi dampaknya terhadap inflasi barang impor (imported inflation). Harapannya, inflasi tetap terkendali dalam sasaran 3,0±1% pada 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel