Bisnis.com, JAKARTA— PT BFI Finance Indonesia Tbk. atau BFI Finance (BFIN) mengungkap bahwa kenaikkan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) ke level 6% kemungkinan akan berdampak ke beberapa bisnis.
Termasuk di antaranya pembiayaan investasi yang berkaitan dengan pembiayaan mesin dan alat berat.
“Kami mungkin akan melakukan shifting, untuk pembiayaan investasi seperti mesin dan alat berat akan kami adjustment,” ungkap Direktur Bisnis BFI Finance Sutadi dalam Public Expose (PE) di Jakarta, Kamis (23/11/2023).
Kendati demikian, Sutadi mengatakan untuk pembiayaan multiguna dan modal kerja mungkin tak terlalu terdampak. Dia memprediksi bahwa dua jenis pembiayaan tersebut masih akan menunjukkan pertumbuhan.
“Untuk pembiayaan multiguna dan modal kerja masih akan growth,” ungkapnya.
Adapun pada kuartal III/2023, pembiayaan paling besar ditopang oleh refinancing yang mencapai 53%, leasing seperti alat berat dan mesin 13%, motor 13%, mobil bekas dan mobil baru 11%, properti 3%, serta syariah 2%.
Di sisi lain, Direktur Keuangan BFI Sudjono mengatakan bunga perseroan masih stabil pada rata-rata 7% meskipun BI rate naik. Hal tersebut menurutnya menunjukan bahwa BFI Finance memiliki posisi yang bagus di pasar.
Sudjono juga melihat peningkatan suku bunga tersebut menjadi peluang bagi BFI Finance. Pasalnya dia menilai bahwa bagi perusahaan yang mengalami kenaikan suku bunga, maka cenderung akan menaikan suku bunga.
Sementara itu, menurutnya BFI Finance masih bisa mempertahankan suku bunga yang sama kepada konsumen. Dengan demikian, lanjut Sudjono, perseroan masih bisa menarik potensi market, yang tadinya bersaing bersama orang lain menjadi lebih bisa ke BFI.
“Kami juga masih mendapatkan kepercayaan yang baik dari lembaga keuangan baik dalam maupun luar negeri.
Sehingga bisa mempertahankan tingkat suku bunga ini,” ungkapnya.
Terakhir Sudjono memastikan bahwa BFI Finance masih memiliki likuiditas yang sangat kuat. Dia melanjutkan perseroan masih memiliki dukungan dari berbagai perbankan nasional maupun internasional, juga dari sisi pasar modal khususnya obligasi.
“Kami hampir didukung top tier bank di seluruh Indonesia dan bank-bank internasional. BFI juga secara rutin melakukan emisi obligasi,” ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memperkirakan kenaikan suku bunga kemungkinan akan berdampak kepada pinjaman baru multifinance yang berkurang.
Pasalnya, Economic Research Division Pefindo Ahmad Nasrudin menuturkan kenaikkan bunga acuan kemungkinan akan mendorong multifinance menaikkan bunga pembiayaan mereka untuk mempertahankan profitabilitas.
“Dari sisi permintaan jasa multifinance, kenaikkan tersebut mungkin akan mengurangi minat konsumen untuk mengajukan pinjaman baru, sehingga hal ini bisa saja akan mengoreksi kinerja penyaluran pembiayaan mereka setelah ini,” kata Ahmad kepada Bisnis, Minggu (29/10/2023).
Selain itu, lanjut Ahmad, kenaikan bunga acuan juga menyebabkan kenaikkan biaya dana. Menurutnya, menerbitkan surat utang ataupun meminjam ke bank menjadi lebih mahal. Sebagai hasilnya, kondisi ini akan cenderung menaikkan beban bunga perusahaan pembiayaan.
“Namun, apakah kondisi ini mengurangi penerbitan surat utang oleh multifinance tergantung pada prospek bisnis mereka,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel